Kerontokan Bunga dan Polong Tiga Varietas Kedelai pada Pemberian Urin Sapi dan Kambing
Abstract
Permasalahan yang sering dijumpai pada tanaman kedelai adalah tingginya tingkat kerontokan bunga dan polong. Kerontokan bunga dan polong dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah tingginya kandungan etilen dan rendahnya kandungan auksin dan GA. Urin sapi banyak mengandung hormon auksin, sedangkan urin kambing banyak mengandung GA. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian urin terhadap kerontokan bunga dan polong beberapa varietas kedelai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), terdiri dari 2 faktor, faktor pertama varietas kedelai : Panderman, Burangrang dan Anjasmoro. Faktor kedua pemberian urin : tanpa urin, urin sapi konsentrasi 30 ml/l; 60 ml/l, urin kambing konsentrasi 30 ml/l; 60 ml/l. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F, jika nyata dilanjutkan dengan DMRT pada taraf 5% dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian urin berpengaruh terhadap jumlah bunga rontok dan persentase bunga rontok. Persentase bunga rontok pada varietas Panderman dapat dikurangi dengan pemberian urin sapi maupun kambing, sedangkan pada varietas Burangrang dapat dikurangi hanya dengan pemberian urin sapi. Pada varietas Anjasmoro pemberian urin baik sapi maupun kambing tidak dapat mengurangi persentase bunga rontok. Penurunan persentase bunga rontok tertinggi pada varietas Panderman dan Burangrang diperoleh dengan pemberian urin sapi konsentrasi 30 ml/l yaitu masing-masing sebesar 7,90% dan 6,24%. Bobot biji per hektar pada varietas Panderman dapat meningkat hanya dengan pemberian urin sapi konsentrasi 30 ml/l. Pada varietas Burangrang dapat meningkat dengan pemberian urin sapi baik konsentrasi 30 atau 60 ml/l. Pada varietas Anjasmoro dapat meningkat dengan pemberian urin kambing baik konsentrasi 30 atau 60 ml/l.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Aneja, M. and T. Gianfagna. 1999. The Role of Absisic Acid and Ethylene in the Abscission and Senescence of Cocoa Flower. Plant Growth Regulation. 27: 149-155.
Arsyad, D.M. dan Asadi. 1998. Pemanfaatan Plasma Nutfah Kedelai untuk Program Pemuliaan. Makalah. Komisi Nasional Plasma Nutfah, Departeman Pertanian. 25 hal.
Burg, S.P. 1973. Ethylene in Plant Growth. Proc. Nat. Acad. Sci. USA. 70 (2): 591-597.
Carlson, J.B. and N.R. Lersten. 1978. Reproductive Morfology. In J.R. Wilcox (ed.) Soybean, Improvements, Production and Uses. USA. Medison. pp. 234-278.
Cho, Y., S.K. Suh, H.K. Park and A. Wood. 2002. Impact of 2,4-DP and BAP Upon Pod Set and Seed Yield in Soybean Treated at Reproduktive stages. Plant Growth Regulation. 36: 215-221.
El-Saeid, H.M., S.D.A. Hussein and W.A. El-Tohamy. 2010. Growth Characters, Yield and Endogenous Hormons of Cowpea Plants in Response to IAA Aplication. Agriculture and Biological Sciences. 6 (1): 27-31.
Gardner, F.P., R.B Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta. 428 hal.
Musa, S. 1978. Beberapa Hasil Evaluasi Terhadap Bahan Genetik Kedelai Yang Diuji Di Kebun Percobaan Cikarawang. Kanisius, Yogyakarta. 96 hal.
Prawoto, A.A. dan G. Suprijadji. 1992. Kandungan Hormon dalam Air Seni Beberapa Jenis Ternak. Pelita Perkebunan. 7 (4): 79-84.
Rogers, H.H., J.D. Cure, J.F. Thomas and J.M. Smith. 1984. Influence of elevated carbon dioxide on growth of soybean plants. Crop Sci. 24:361-366.
Suwarto dan N. Farid. 1991. Evaluasi F-6 Hasil Persilangan Kedelai Varietas Dempo x Wilis. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto. 32 hal.
Suyamto dan Musalamah. 2010. Kemampuan Berbunga, Tingkat Kerontokan Bunga dan Potensi Hasil Beberapa Varietas Kedelai. Buletin Plasma Nutfah. 16 (1): 38-43.
DOI: https://doi.org/10.21107/agrovigor.v12i2.5455
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Fahri Ali, Sakhidin Sakhidin, Darjanto Darjanto
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.