A DISTRIBUTION PLANNING MODEL FOR SUBZIDED-FERTILIZER SUPPLY CHAIN PLANNING CONSIDERING QUOTA ALLOCATION: A CASE STUDY
Abstract
Makalah ini membahas studi dunia nyata masalah perencanaan distribusi pupuk bersubsidi. Salah satu perusahaan pupuk nasional bahasa Indonesia memiliki kewajiban mendistribusikan pupuk bersubsidi-menjadi 15 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Perusahaan harus memenuhi permintaan pupuk bersubsidi-melalui saluran distribusi terkendal tingkat ketiga seperti lini I (pabrik), lini II (gudang provinsi), dan lini III (gudang kabupaten/kota). Lini I memasok lini II dan III dengan jumlah lebih besar dari pasokan dibandingkan dengan alokasi kuota yang sebenarnya berdasarkan keputusan gubernur. Pada kebijakan sebelumnya lini I mensuplai lini II dan III dengan stock pengaman untuk mengantisipasi permintaan selama 2 minggu dari distributor. Karena perubahan musim panen dan fluktuasi permintaan, lini II tidak dapat memenuhi permintaan dengan jumlah yang tepat, tempat, dan waktu. Kinerja pada tahun sebelumnya lebih dari 10% dari deviasi standar antara keputusan gubernur dan realisasinya. Fenomena ini menyebabkan meningkatnya biaya logistik seperti pemesanan, biaya transportasi, dan biaya simpan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model untuk mendukung perusahaan untuk menentukan ukuran lot optimal dari lini II untuk berbaris I, dan safety stock pada Garis II dan III untuk meminimalkan biaya logistik. Sebuah model non-linear programming (MINLP) diusulkan untuk memecahkan masalah ini dengan mempertimbangkan metode peramalan baru untuk menghitung alokasi kuota. Ada lima kelompok kendala termasuk kapasitas gudang, kapasitas kendaraan, kuota, persediaan, dan variabel biner. Studi ini memberikan manfaat lebih dari 9% dari biaya logistik.
Kata kunci: perencanaan distribusi, biaya logistik, ukuran lot, mixed integer non-linear programming, safety stock, subsidi-pupuk.
Abstract
This paper investigates a real-world case study of a subsidized-fertilizer distribution planning. One of Indonesian national fertilizer company has an obligation distributing subsidized-fertilizer to 15 regency/municipality in Central Java Province. The company has to fulfill the demand of subsidized-fertilizer through a third-level controlled-distribution channels such as line I (factory), line II (province’s warehouse), and line III (regency/municipality warehouse). Line I supplies line II and line III with higher amount of supply compare to the actual quota allocation based on the governor’s decree. In the previous policy, line I supplied line II and line III with safety stocks to anticipate the demand for 2 weeks of distributors. Due to the changing of harvest season and demand fluctuation, line II cannot fulfill the demand with exact amount, place, and time. The performance at previous year is more than 10% of standard deviation between the governor’s decree and the realization. This phenomenon causes the increasing of logistic costs such as ordering cost, transportation cost, and holding cost. The objective of this research is to develop a model for supporting company to decide the optimal lot size from line II to line I, and safety stock at Line II and III in order to minimize logistic costs. A mixed integer non-linear programming (MINLP) was proposed to solve this problem by considering a new forecasting method to calculate the quota allocation. There are five groups of constraints including warehouse capacity, vehicle capacity, quota, inventory, and binary variable. This study gives more than 9% benefit of logistic costs.
Keywords: distribution planning, logistic costs, lot size, mixed integer non-linear programming, safety stock, subsidized- fertilizer.
Full Text:
PDFReferences
Makalah ini membahas studi dunia nyata masalah perencanaan distribusi pupuk bersubsidi. Salah satu perusahaan pupuk nasional bahasa Indonesia memiliki kewajiban mendistribusikan pupuk bersubsidi-menjadi 15 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Perusahaan harus memenuhi permintaan pupuk bersubsidi-melalui saluran distribusi terkendal tingkat ketiga seperti lini I (pabrik), lini II (gudang provinsi), dan lini III (gudang kabupaten/kota). Lini I memasok lini II dan III dengan jumlah lebih besar dari pasokan dibandingkan dengan alokasi kuota yang sebenarnya berdasarkan keputusan gubernur. Pada kebijakan sebelumnya lini I mensuplai lini II dan III dengan stock pengaman untuk mengantisipasi permintaan selama 2 minggu dari distributor. Karena perubahan musim panen dan fluktuasi permintaan, lini II tidak dapat memenuhi permintaan dengan jumlah yang tepat, tempat, dan waktu. Kinerja pada tahun sebelumnya lebih dari 10% dari deviasi standar antara keputusan gubernur dan realisasinya. Fenomena ini menyebabkan meningkatnya biaya logistik seperti pemesanan, biaya transportasi, dan biaya simpan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model untuk mendukung perusahaan untuk menentukan ukuran lot optimal dari lini II untuk berbaris I, dan safety stock pada Garis II dan III untuk meminimalkan biaya logistik. Sebuah model non-linear programming (MINLP) diusulkan untuk memecahkan masalah ini dengan mempertimbangkan metode peramalan baru untuk menghitung alokasi kuota. Ada lima kelompok kendala termasuk kapasitas gudang, kapasitas kendaraan, kuota, persediaan, dan variabel biner. Studi ini memberikan manfaat lebih dari 9% dari biaya logistik.
Kata kunci: perencanaan distribusi, biaya logistik, ukuran lot, mixed integer non-linear programming, safety stock, subsidi-pupuk.
Abstract
This paper investigates a real-world case study of a subsidized-fertilizer distribution planning. One of Indonesian national fertilizer company has an obligation distributing subsidized-fertilizer to 15 regency/municipality in Central Java Province. The company has to fulfill the demand of subsidized-fertilizer through a third-level controlled-distribution channels such as line I (factory), line II (province’s warehouse), and line III (regency/municipality warehouse). Line I supplies line II and line III with higher amount of supply compare to the actual quota allocation based on the governor’s decree. In the previous policy, line I supplied line II and line III with safety stocks to anticipate the demand for 2 weeks of distributors. Due to the changing of harvest season and demand fluctuation, line II cannot fulfill the demand with exact amount, place, and time. The performance at previous year is more than 10% of standard deviation between the governor’s decree and the realization. This phenomenon causes the increasing of logistic costs such as ordering cost, transportation cost, and holding cost. The objective of this research is to develop a model for supporting company to decide the optimal lot size from line II to line I, and safety stock at Line II and III in order to minimize logistic costs. A mixed integer non-linear programming (MINLP) was proposed to solve this problem by considering a new forecasting method to calculate the quota allocation. There are five groups of constraints including warehouse capacity, vehicle capacity, quota, inventory, and binary variable. This study gives more than 9% benefit of logistic costs.
Keywords: distribution planning, logistic costs, lot size, mixed integer non-linear programming, safety stock, subsidized- fertilizer.
DOI
https://doi.org/10.21107/rekayasa.v4i1.2325Metrics
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Wahyudi Sutopo, Yuniaristanto Yuniaristanto, Wakit Pramono
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.