ASOSIASI LAMUN DAN ECHINODERMATA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN CAGAR ALAM LEUWEUNG SANCANG, JAWA BARAT

Tri Dewi K. Pribadi, Raden Wandha Humaira, Nenci Haryadi, Archie S. Eka Buana, Yudi Nurul Ihsan

Abstract


ABSTRACT

The Leuweung Sancang Nature Reserve has ecosystem diversity, including seagrass beds, with a variaety of natural resources that are important to be preserved. Apart from being a food source for herbivorous organisms, seagrass beds also function as shelter and breed for many marine invertebrates, including Echinoderms. Association between Echinoderms and seagrass was observed in this study to investigate the interaction. Sampling was carried out in 1x1 m2 plots which were placed in 3  transect  lines  of 250 m long, with a plot intervals of 25 m on each transect line.  The transect line extended from the beach heading to the shore, and was carried out in 4 different stations, namely Ciporeang, Cipunaga, Cikolomberan, and Cipangikisan. Observation had been done to determine diversity, density, coverage, and evenness of both seagrass and Echinoderms, thus to study the correlation between them. The results showed that there were 2 seagrass species, Thalassia hempricii and Cymodocea rotundata, and there were 2 families of Echinoderms: Ophiocomidae and Holothuridae. Result of Rank–Spearman correlation coefficient showed possitive association between seagrass and echinoderms in all stations being observed, but only in Cikolomberan that showed significantly high association.

Keywords:  association, Echinoderms, Leuweung Sancang, seagrass.

ABSTRAK

Cagar alam Leuweung Sancang memiliki keanekaragaman ekosistem, termasuk padang lamun, dengan berbagai sumber daya alam di dalamnya yang penting untuk dijaga kelestariannya. Selain sebagai sumber makanan bagi organisme herbivor, padang lamun juga berfungsi sebagai tempat berlindung dan berkembang biak bagi banyak invertebrata laut, termasuk Echinodermata. Keterkaitan antara Echinodermata dan lamun diobservasi pada studi ini untuk dipelajari untuk melihat interaksinya. Pengambilan sampel dilakukan dalam plot 1 x 1 m2 yang ditempatkan pada 3 garis transek masing-masing sepanjang 250 m dengan interval plot sejauh 25 m pada setiap garis transek. Garis transek terbentang dari pantai menuju laut, dan dilakukan pada 4 stasiun yang berbeda, yaitu Ciporeang, Cipunaga, Cikolomberan, Cipangikisan. Pengamatan dilakukan untuk menentukan keragaman, kepadatan, frekuensi, tutupan dan kemerataan lamun dan Echinodermata, untuk kemudian dilihat asosiasinya. Hasil menunjukkan bahwa di keempat stasiun pengamatan ditemukan 2 spesies lamun yaitu Thalassia hempricii dan Cymodocea rotundata dan 2 famili Echinodermata: Ophiocomidae dan Holothuridae. Hasil koefisien korelasi Rank-Spearman pada keempat stasiun pengamatan menunjukan adanya asosiasi positif antara lamun dan Echinodermata, namun hanya di Cikolomberan yang memiliki asosiasi tinggi dan signifikan.

Kata kunci: asosiasi, Echinodermata, Leuweung Sancang, lamun.


References


Asyiawati, Y., & Akliyah, L. S. (2014). Identifikasi dampak perubahan fungsi ekosistem pesisir terhadap lingkungan di wilayah pesisir kecamatan muaragembong. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 14(1).

Assa, J. D., Wagey, B. T., & Boneka, F. B. (2015). Jenis-jenis ikan di padang lamun pantai Tongkaina. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 3(2), 53-61.

Aziz, A. 1996. Habitat dan Zonasi Fauna Ekhinodermata di Ekosistem Terumbu Karang. Jurnal Oseana. 21(2), 33-43.

Berger, W. H., & Parker, F. L. (1970). Diversity of planktonic foraminifera in deep-sea sediments. Science, 168(3937), 1345-1347.

Bishop, M. J. (2008). Displacement of epifauna from seagrass blades by boat wake. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 354(1), 111-118.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P dan Sitepu, M. J. (2004). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradaya Paramitha.

Dash, M. C., and Dash, S. P. (2009). Fundamentals of Ecology (3rd ed.). New Delhi: Tata McGraw-Hill Education Private Limited.

Fitrian, T., Kusnadi, A., & Persilette, R. N. (2017). Seagrass community structure of Tayando-Tam Island, Southeast Moluccas, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 18(2), 788-794.

Fitriansyah, M., Arifin, Y. F. dan Biyatmoko. D. (2018). Identifikasi Echinodermata di Pesisir Pulau Denawan Kecamatan Pulau Sembilan. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, 3(1), 157-163.

Fortes, M. (1990). Seagrasses: a resource unknown in the ASEAN region. Manila: Association of Southeast Asian Nations/United States Coastal Resources Management Project Education Series 6.

Gomez, E. D. dan Yap, H. T. (1988). Monitoring Reef Condition in Kenchington, R. A. and B. E. T Hudson (ed.): Coral Reef Management Hand Book. UNESCO Regional Office for Science and Technology for South East Asia. Jakarta.

Hartati, R., Junaedi, A., Hariyadi, H., & Mujiyanto, M. (2012). Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Pulau Kumbang, Kepulauan Karimunjawa (Seagrass Community Structure of Kumbang Waters-Karimunjawa Islands). Ilmu Kelautan: Indonesian Journal of Marine Sciences, 17(4), 217-225.

Herfin, A. Hamid, dan Haslianti. (2018). Studi Kebiasaan Makan Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Perairan Desa Alosi Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 4(10), 15-22.

Herrera-Silveira, J. A., Cebrian, J., Hauxwell, J., Ramirez-Ramirez, J., & Ralph, P. (2010). Evidence of negative impacts of ecological tourism on turtlegrass (Thalassia testudinum) beds in a marine protected area of the Mexican Caribbean. Aquatic Ecology, 44(1), 23-31.

Kawaroe, M. (2009). Perspektif Lamun Sebagai Blue Carbon Sinkdi Laut. Lokakarya Lamun. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.

Kerbs, C. J. (1972). Ecology. New York: Harper and Row Publisher, Inc. 694p.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51. 2004. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Jakarta: Kemen-terian Lingkungan Hidup.

Kordi K. M. G. H. (2011). Ekosistem Lamun (Seagrass). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta ; 191 hal.

Ludwig, J. A. dan Reynold, J. F. (1988). Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. New York: John Wiley & Sons. 201p.

Marasabessy, I., Fahrudin, A., Imran, Z., & Agus, S. B. (2018). Strategi Pengelolaan Berkelanjutan Pesisir dan Laut Pulau Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun di Kabupaten Maluku Tengah. Journal of Regional and Rural Development Planning, 2(1), 11-22.

Mueller-Dombois, D. (1974). Aims and Methods of Vegetation Ecology. New York: John Wiley and Sons.

Muzaki, F. K., Setiawan, E., Insany, G. F. A., Dewi, N. K., & Subagio, I. B. (2019). Community structure of Echinoderms in seagrass beds of Pacitan beaches, East Java, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 20(7), 1787-1793.

Nontji. A. (2009). Rehabilitasi Ekosistem Lamun dalam Pengelolaan sumberdaya Pesisir.Lokakarya Nasional I Penelolaan ekosistem Lamun. Jakarta.

Nybakken, J. W. (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Biologis. Jakarta: PT Gramedia.

Odum, E. P. (1971). Fundamental of Ecology 3rd Edition. London: W. B. Saunders Company. 63p.

Odum, E. P. (1994). Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Universitas Gajdah Mada Press (Penerjemah Tjahjono Saingar).

Pratiwi, R. (2010). Asosiasi Krustasea di ekosistem padang lamun perairan Teluk Lampung. ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 15(2), 66-76.

Rahmawati, S. (2011). Ancaman terhadap komunitas padang lamun. Oseana, 36(2), 49-58.

Suwignyo, S., Widigdo, B., Wardiatno, Y., & Krisanti, M. (2005). Avertebrata air. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, S., Kaswadji, R. F., Bengen, D. G., & Hutomo, M. (2012). Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi dan Karakteristik Habitat. Maspari Journal, 4(2), 148-158.

Suwartimah, K., Wati, D. S., Endrawati, H., & Hartati, R. (2017). Komposisi Echinodermata Di Rataan Litoral Terumbu Karang Pantai Krakal, Gunung Kidul, Yogyakarta. Buletin Oseanografi Marina, 6(1), 53-60.

Tangke, U. (2010). Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi). Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.

Walker, D.I., Pergent, G and Fazi, S. (2001). Seagrass decomposition. In: Short, F. T., R. G. Coles, C. Pergent (Eds.). Amsterdam: Global seagrass research methods. Ne-therlands. 313-32.

Widyastuti, E. (2012). Pantai Berbatu: Organisme dan Adaptasinya. Jurnal Oseana. 37(4): 1-12.

Yulianda, F., Yusuf, M. S., dan Prayogo, W. (2013). Zonasi dan Kepadatan Komunitas Intertidal di Daerah Pasang Surut, Pesisir Batuhijau, Sumbawa. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 5(2): 409-416.

Yunita, R. R., Suryanti, S., & Latifah, N. (2020). Biodiversitas Echinodermata pada Ekosistem Lamun di Perairan Pulau Karimunjawa, Jepara. Jurnal Kelautan Tropis, 23(1), 47-56.

Yusuf, M., Koniyo, Y., & Panigoro, C. (2013). Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Nike, 1(1).




DOI: https://doi.org/10.21107/jk.v13i3.7479

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.




 INDEXED BY: