PENGARUH PERBEDAAN RENTANG SUHU TERHADAP KEBERHASILAN PEMIJAHAN DAN DAYA TETAS TELUR KERANG BULU (Anadara antiquata)
Abstract
Kerang bulu merupakan komuditas laut yang bernilai ekonomis tinggi, karena dagingnya memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi, bahkan cangkangnya dimanfaatkan untuk berbagai kerajinan. Kerang bulu memiliki pertumbuhan yang cukup lambat.Sementara,keberadaannya di alam semakin menurun akibat penangkapan yang berlebihan. Salah satu cara untuk mempertahankan populasinya yaitu melakukan penanganan di sektor pembenihan. Keberhasilan pemijahan, hatching rate dan survival rate kerang bulu sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah suhu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kejut suhu(penurunan dan penaikkan suhu) terhadap keberhasilan pemijahan, hatching rate dan survival ratekerang bulu (Anadara antiquata).Metode yang digunakan adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan yaitu, P1 (28°C), P2 (30°C), P3 (32°C) dan P4 (34°C).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejut memberikan pengaruh yang nyata terhadap keberhasilan pemijahan, perkembangan embrio dan hatching rate(P<0.05).Tingkat penetasan telur tertingi diperoleh pada perlakuan P2 (30°C) dengan nilai sebesar 83%, sedangkan nilai terendah didapatkan pada perlakuan P3 (32°C) dengan nilai sebesar 62.33%. Namun, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadapat survival ratelarva dengan nilai masing-masing sebesar P1 (62,33%), P2 (69%), P3 (65,33%) dan P4 (63,33%).
Kata kunci: Kerang bulu, kejut suhu, perkembangan telur, hatching rate dan survival rate
ABSTRACT
Shellfish is a marine commodity that has high economic value, because the meat has a high nutrient content, even the shell is used for various handicrafts. Fur shells have fairly slow growth. Meanwhile, its presence in nature has declined due to overfishing. One way to maintain the population is to take care in the hatchery sector. The success of spawning, hatching rate and survival rate of fur shellfish are strongly influenced by many factors, one of which is temperature. This study aims to determine the effect of temperature shock (decrease and increase in temperature) on the success of spawning, hatching rate and fur shellfish survival rate (Anadara antiquata). The method used is the experimental method using Completely Randomized Design (CRD) consisting of four treatments and three replications namely, P1 (28°C), P2 (30°C), P3 (32°C) and P4 (34°C). The results showed that shock gave a significant effect on the success of spawning, embryo development and hatching rate (P <0.05). The highest level of egg hatching was obtained at P2 (30 °C) treatment with a value of 83%, while the lowest value was obtained at treatment P3 (32°C) with a value of 62.33%. However, it did not have a significant effect on larval survival rates with values of P1 (62.33%), P2 (69%), P3 (65.33%) and P4 (63.33%), respectively.
Keywords: Shellfish, temperature shock, egg development, hatching rate and survival rate
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Afiati, N. (2007). Gonad maturation of two intertidal blood clams Anadara granosa (L.) and Anadara antiquata (L.)(Bivalvia: Arcidae) in Central Java. Journal of Coastal Development, 10(2), 105-113.
Amalia, D. R. (2010). Rekrutmen Populasi Kerang Darah (Anadara granosa) Di Perairan Pesisir Banten.Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor : Journal of Coastal Development ISSN : 1410– 5217.
Andriani, W. (2011). Reproduksi kerang bulu (Anadara antiquata). UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak-LIPI, Jl. Bosnik Raya Distrik Biak Timur, Biak, Papua. Jurnal Biologi Indonesia, 7(1): 147-155. ISSN 0216-1877 Oseana Volume XXXVI, Nomor 2, (11-20).
Arnanda, A. D., Ambariyanto, A., & Ridlo, A. (2005). Fluktuasi Kandungan Proksimat Kerang Bulu (Anadara inflata Reeve) di Perairan Pantai Semarang. ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 10(2), 78-84.
Awaluddin, M., Yuniarti, S, L., Mukhlis, A. (2013). Tingkat Penetasan Telur dan Kelangsungan Hidup Larva Kerang Mutiara (Pinctada maxima) pada Salinitas yang Berbeda. Program Studi Budidaya Perairan. Universitas Mataram : Jurnal Kelauta, 6(2), ISSN:1907-9931.
Awang-Hazmi, A. J., Zuki, A. B. Z., Noordin, M. M., Jalila, A., & Norimah, Y. (2007). Mineral Composition of the Cockle (Anadara granosa) Shells of West Coast of Peninsular Malaysia and It? s Potential as Biomaterial for Use in Bone Repair. Journal of Animal and Veterinary Advances, 6(5): 591-594.
Baron, J. (1992). Reproductive cycles of the bivalva molluscs Atactodea striata (Gmelin), Gafarium tumidum Roding and Anadara scapha (L.) in New Caledonia. Marine and Freshwater Research, 43(2), 393-401.
Diana, A.N. (2010). Embriogenesis dan Daya Tetas Telur Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Salinitas Berbeda. Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Dody, S. (2012). Pemijahan dan perkembangan larva siput gonggong (Strombus turturella). J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 1(4), 107-113.
Gratischa VHL Maani, Bahtiar, dan Abdullah. (2017). Aspek Biologi Reproduksi Kerang Bulu (Anadara antiquata) Di Perairan Bungkutoko Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Sulawesi Tenggara : Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 2(2): 123-133
Goal, L, N, N. (2017). Perbandingan Morfometri Kerang Bulu Anadara antiquata Di Belawan dan Tanjung Pura Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Biologi. Universitas Medan Area. Medan.
Hamzah, A. S. (2014). Budidaya Kerang Mutiara (Pictada maxima) The Golden and Silver Pearl pada Keramba Jaring Apung di Perairan Nusantara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Hallo Oleo. Kendari.
Hamzah, M. S. (2013). Intensitas Cahaya Lampu Pijar Terhadap Perkembangan Embriogenesis Dan Kelangsungan Hidup Larva Kerang Mutiara (Pinctada Maxima). UPT. Loka Pengembangan Bio Industsi Laut Mataram, P2O-LIPI, NTB. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 5(2) 391-400.
Hamzah, M. S. (2016). Dinamika Suhu dan Salinitas Media Pemeliharaan Larva untuk Produksi Kualitas Benih Kerang Mutiara (Pinctada maxima). Tesis. Program Doktor Ilmu Perikanan dan Kelautan. Universitas Brawijaya, Malang: 131 hal. (in Press.).
Harramain, Y. H. M. (2008) Kajian Faktor Lingkungan Habitat Kerang Mutiara Stadia Spat di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Program Studi dan Ilmu Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Hendriana. A. (2015). Pembenihan dan Pembesaran Abalon (Haliotis squamata) Di Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya Program Diploma Institut Pertanian Bogor.
Hidayati N. (1994). Eksploitasi Kerang (Anadara sp) yang Diletakkan Di Tempat Pelelangan Ikan Unit Kerang Desa Rawameneng, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institu Pertanian Bogor. Jawa Barat.
Hutangalung, J., Alawi, H., Sukendi. (2016). Pengaruh suhu dan Oksigen Terhadap Penetasan Telur dan Kelulushidupan Awal Larva Ikan Pawas (Osteochilus hasselti). Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Jurnal Kelautan dan Perikanan. Hlm. 1-13.
Ifa, L., Akbar, M., Ramli, A. F., & Wiyani, L. (2018). Pemanfaatan Cangkang Kerang dan Cangkang Kepiting sebagai Adsorben Logam Cu, Pb dan Zn pada Limbah Industri Pertambangan Emas. Journal Of Chemical Process Engineering, 3(1), 33-37.
Insafitri, I. (2010). KEANEKARAGAMAN, KESERAGAMAN, DAN DOMINANSI BIVALVIA DI AREA BUANGAN LUMPUR LAPINDO MUARA SUNGAI PORONG. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 3(1), 54-59.
Islami, M, M. (2013). Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Bivalvia. Jurnal Oseana, 38(2), 1 – 10. ISSN 0216-1877.
Ismail, E. (2012). Kesesuaian Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan Untuk Budidaya Tiram Mutiara Di Teluk Semangka, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Universitas Terbuka. Jakarta.
Kotta, R. (2018). Teknik Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada maxima). Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta. Stasiun Penelitian Ternate. Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman dan Sumberdaya Pulau-pulau Kecil (KSP2K) II, 1(2) : 228- 244.
Manoj Nair, R., & Appukuttan, K. K. (2003). Effect of temperature on the development, growth, survival and settlement of green mussel Perna viridis (Linnaeus, 1758). Aquaculture Research, 34(12), 1037-1045.
Mayunar, I.A, dan Purwanto BE. (1995). Kondisi Perairan Teluk Banten Ditinjau dari Beberapa Parameter Fisika- Kimia serta Kaitannya dengan Usaha Budidaya. Prosiding Perikanan Pantai Bojonegara-Serang. 61-67 hlm.
O'Connor, W. A., & Lawler, N. F. (2004). Salinity and temperature tolerance of embryos and juveniles of the pearl oyster, Pinctada imbricata Röding. Aquaculture, 229(1-4), 493-506.
Ode, I. (2010). Pengamatan Pemijahan dan Perkembangan Larva Tiram Mutiara (Pinctada maxima) dalam Bak Terkontrol. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Darussalam Ambon. Jurnal Bimafika 2, 86 – 89.
Olsson. (2011). Kedudukan kerang bulu dalam sistimatika hewan diklasifikasikan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Prihatini, W. (2014). EKOBIOLOGI KERANG BULU ANADARA ANTIQUATA DI PERAIRAN TERCEMAR LOGAM BERAT. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah, 16(3).
Putri, R. E. (2005). Analisa Populasi dan Habitat Sebaran Ukuran dan Kematangan Gonand Kerang Lokan (Batisa violancae) di Muara Sungai Anai Padang, Sumatera Barat. Tesis
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Satrioajie Widbya Nugrobo. (2012). Biologi dan Ekologi Kerang Bulu Anadara (cunearca) pilula (Reeve, 1843).
Satrioajie, W. N., Anggoro, S., & Irwani, I. (2013). Karakteristik Morfometri dan Pertumbuhan Kerang Bulu Anadara pilula (Characteristic of Morphometric and Growth of Anadara pilula). ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 18(2), 79-83.
Savitri, D. E., Afifah, W., Pursetyo, K. T., Boneka, F., Eradiaty, F. (2015). Panduan Penangkapan dan Penanganan Perikanan Kerang. Edisi 1. WWF-Indonesia. Jakarta.
Setyono, D. E. D. (2006). Karakteristik biologi dan produk kekerangan laut. Jurnal Oseana, 31(1), 1-7.
Southgate, P and Lucas, J. (2008). The Pearl Oyster. Elsevier. Amsterdam.
Sujoko, A. (2010). Membenihkan Kerang Mutiara. Insan Madani. Yogyakarta.
Sutaman. (1993). Tiram Mutiara: Tehnik Budidaya dan Proses Pembuatan Mutiara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta: 93 hal.
Tomatala, P. (2011). Pengaruh Suhu Terhadap Pemijahan Kerang Mutiara (Pinctada maxima). Teknologi Budidaya Perikanan. Politeknik Perikanan Negeri Tual. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis, 7(1). Hlm. 1-3.
Wardana, I. K., Sembiring, S. B. M., & Mahardika, K. (2013). Aplikasi perbaikan manajemen dalam perbenihan tiram mutiara (Pinctada Maxima). Media Akuakultur, 8(2), 119-126.
Wardana, K. I., Sudewi, Muzaki, A., Moria B. S. (2014). Profil Benih Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Dari Hasil Pemijahan yang Terkontrol. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Bali. Jurnal Oseanologi Indonesia, 1(1), 1-6.
Winanto, T. (2004). Memproduksi Benih Tiram Mutiara (Pinctada maxima). Penebar Swadaya. Jakarta. 95 Hlm.
Yusran. (2014). Identifikasi Keanekaragaman Jenis Kerang (Bivalvia) Daerah Pasang Surut Di Perairan Pantai Pulau Gosong Sangkalan Aceh Barat Daya. Skripsi. Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar Meulaboh. Aceh.
DOI: https://doi.org/10.21107/jk.v12i1.5031
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Jurnal Kelautan by Program Studi Ilmu Kelautan is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Published by: Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura