VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN MANGROVE DESA TADDAN KECAMATAN CAMPLONG KABUPATEN SAMPANG
Abstract
ABSTRAK
Indonesia disebut sebagai pemilik hutan mangrove terluas di dunia dengan mencapai presentase 23% ekosistem mangrove dunia sebesar 4,5 juta hektar. Sumber daya pesisir hutan mangrove menyediakan berbagai produk dan layanan jasa lingkungan yang menunjang berbagai kebutuhan hidup serta aktivitas ekonomi seperti nelayan, pencari kayu bakar, ekowisata dan lainnya. Valuasi ekonomi merupakan suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia atau tidak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks nilai penting (INP) mangrove, nilai valuasi guna langsung dan guna tidak langsung serta total manfaat ekonomi yang ada di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang. Penelitian ini menggunakan metode transek dalam pengambilan data vegetasi mangrove dan wawancara kepada masyarakat tentang valuasi ekonomi hutan mangrove. Hasil penelitian menunjukan bahwa Nilai INP (Indeks Nilai Penting) mangrove Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang memiliki 3 kategori yaitu pohon memiliki nilai INP tertinggi berada pada stasiun 4 dan stasiun 5 dengan jenis Sonneratia alba dan memiliki nilai INP sebesar 300%. Pada kategori pancang memiliki nilai INP tertinggi berada pada stasiun 3 dengan jenis Rhizophora mucronata dan memiliki nilai 137,3%. Pada kategori semai nilai INP tertinggi berada pada stasiun 2, 3 dan 4 dengan jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa dan Rhizophora apiculata dengan nilai yang sama yaitu 200%. Total nilai guna langsung di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang sebesar Rp. 138.515.480,-/tahun, sedangkan total nilai guna tak langsung sebesar Rp. 1.594.671.498,-/tahun. Total nilai valuasi ekonomi hutan mangrove di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang sebesar Rp. 1.840.625.256,-/tahun.
Kata kunci: indeks nilai penting, vangrove, valuasi ekonomi.
ABSTRACT
Indonesia have the largest mangrove forest in the world with a percentage of 23% of the world's mangrove ecosystem of 4.5 million hectares. Coastal mangrove forest resources provide a variety of environmental products and services that support various needs of life as well as economic activities such as fishing, firewood search, ecotourism and others. Economic valuation is an effort to provide quantitative value to goods and services produced by natural resources and the environment regardless of whether market value is available or not. This study aims to determine the important value index (INP) of mangroves, the valuation value of direct and indirect use and the total economic benefits in Taddan Village, Camplong District, Sampang Regency. This study used the transect method in collecting mangrove vegetation data and interviewing the community about the economic valuation of mangrove forests. The results showed that the value of INP (Importance Value Index) of mangroves in Taddan Village, Camplong District, Sampang Regency has 3 categories, namely trees with the highest INP value are at station 4 and station 5 with the type of Sonneratia alba and have an INP value of 300%. In the category of stake, the highest INP value was at station 3 with the type of Rhizophora mucronata and had a value of 137.3%. In the category of seedlings, the highest INP values were at stations 2, 3 and 4 with the types of Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa and Rhizophora apiculata with the same value, namely 200%. The total direct use value in Taddan Village, Camplong District, Sampang Regency is Rp. 138.515.480,-/year, while the total value of indirect benefits is Rp. 1,594,671,498, - /year. The total economic valuation value of the mangrove forest in Taddan Village, Camplong District, Sampang Regency is Rp. 1.840.625.256,-/year.
Keywords: importance value index, mangrove, economic valuation.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Comley, B. W. T., & McGuinness, K. A. (2005). Above- and below-ground biomass, and allometry, of four common northern Australian mangroves. Australian Journal of Botany. 431-436.
Fajar, A., Oetama, D., & Afu, A. (2013). Studi Kesesuaian Jenis untuk Perencanaan Rehabilitasi Ekosistem Mangrovedi Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Mina Laut Indonesia, 3(12), 164-176.
Hidayat. (2011). Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Kelembagaan Lokal. Citra Lekha,15(1), 19-32.
Indrayanti, M. D., Fahrudin, A., & Setiobudiandi, I. (2015). Penilaian Jasa Ekosistem Mangrove di Teluk Blanakan Kabupaten Subang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(2), 91-96.
Jesu, D. (2012). Kondisi ekosistim mangrove di sub district Liquisa Timor-Leste. Depik Jurnal, 1(3), 136-143.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2004). Kepmen Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman dan Penentuan Kerusakan Mangrove.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. (2004). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut. Lembaran Negara Repbublik Indonesia.
Keputusan Menteri Pekerja Umum. (2011). Pengukuran, Melaksanakan Perhitungan, dan Pekerjaan, Hasil Perkerasan, Pelaksanaan Informasi, Buku. 11.
Kurniawati, N. D., & Pangaribowo, E. H. (2014). Valuasi ekonomi ekosistem mangrove di desa karangsong, indramayu. 1–12.
Kusmana, C. (2014). Distribution and current status of mangrove forests in Indonesia. In Mangrove Ecosystems of Asia: Status, Challenges and Management Strategies. 37-60.
Muhsoni, F. F. (2014). Pemetaan Kerusakan Mangrove di Madura dengan Memanfaatkan Citra dari Google Earth dan Citra LDCM. In Persembahan Program Studi Ilmu Kelauatan untuk Maritim Madura. 131-140.
Parmadi, E. H., Dewiyanti, I., & Karina, S. (2016). Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove Di Kawasan Kuala Idi, Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah, 1(1), 82-95.
Prastomo Ragil Hendro, Ratna Herawatiningsih, S. L. (2017). Keanekaragaman Vegetasi di Kawasan Hutan Mangrove Desa Nusapati Kabupaten Mempawah. Jurnal Hutan Lestari, 5(2), 556-562.
Purwanto, A. D., Asriningrum, W., Winarso, G., & Parwati, E. (2014). Analisis Sebaran dan Kerapatan Mangrove Menggunakan Citra Landsat 8 di Segara Anakan, Cilacap. Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014. 232-241.
Ruitenbeek, H. J. (1992). Mangrove Management: An Economic Analysis of Management Options with a Focus on Bintuni Bay, Irian Jaya. Halifax, N.S. : School for Resource and Environmental Studies, Dalhousie University, 1991. 1-53. Rusila Noor, Y., M. Khazali, I. N. N. S. (1999). Pengenalan Mangrove di Indonesia. 187hlm.
Supardjo, M. N. (2008). Identifikasi Vegetasi Mangrove di Segoro Anak Selatan, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Saintek Perikanan. 3(2): 9-15.
Susiana, S. (2015). Analisis kualitas air ekosistem mangrove di estuari Perancak, Bali Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan. 8(1): 42-49.
Suzana, B. O. L., Timban, J., Kaunang, R., & Ahmad, F. (2011). Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove Di Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Agri-Sosioekonomi, 7(2), 29-38.
Waty, L., & Ulfah, F. (2013). Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove Di Pulau Kepulauan Riau. Dinamika Maritim, 4(1), 45-52.
DOI: https://doi.org/10.21107/juvenil.v2i4.12504
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Juvenil byJurusan Kelautan dan Perikananis licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Published by: Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura