PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG AKIBAT PEMUTIHAN (BLEACHING) DAN RUSAK

Dafiuddin Salim

Abstract


Terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi. Namun di sisi lain terumbu karang juga merupakan salah satu ekosistem yang sangat terancam karena merupakan sumber keuntungan ekonomi yang besar dari perikanan dan pariwisata. Hingga kini, tekanan yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pencemaran dari daratan dan praktek perikanan yang merusak telah dianggap sebagai ancaman utama untuk terumbu karang. Sementara ancaman lain yang lebih potensial adalah kenaikan suhu permukaan air laut yang dapat menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching). Pemutihan dan kematian karang secara besarbesaran yang pernah terjadi pada tahun 1998. Tulisan ini akan menampilkan beberapa bentuk pengelolaan dengan pemanfaatan sumberdaya yang sustainable untuk menyelamatkan ekositem terumbu karang dari pemutihan dan kerusakan oleh dampak manusia yakni dengan menetapkan daerah terumbu karang sebagai Kawasan Konservasi Laut (KKL); perikanan yang sustainable dan ramah lingkungan; pariwisata yang sesuai dengan daya dukung.

 

Kata kunci:terumbu karang, pemutihan, pengelolaan


References


Burke, L., E. Selig, M. Spalding. 2002. Terumbu Karang Yang Terancam di AsiaTenggara. Terjemahan Reefs at Risk in Southeast Asia. World Resources Institute.

Cicin-Sain, B. and Knecht, R.W. 1998. Integrated Coastal and Ocean Management:Concepts and Practices. Island Press, USA. 517 pp.

Convention on Biological Diversity (CBD). 1999. Jakarta Mandate on Marine andCoastal Biological Diversity Page. Expert consultation on bleaching, Manila,Philippines, 11–13 October 1999. www.biodiv.org/jm.html

Eggleston, D.B. 1995. Recruitment in Nassau grouper Epinephelus striatus: postsettlementabundance, microhabitat features, and ontogenetic habitat shifts.Marine Ecology Progress Series 124(1–3): 9–22.

Glynn, P.W. 1996. Coral reef bleaching: facts, hypothesis and implications. Global Change Biology 2(6): 495–509

Goreau, T.J. and Hayes, R.L. 1994. Coral bleaching and ocean hotspots. Ambio 23(3):176–180.

Goreau, T.J., McClanahan, T., Hayes, R. and Strong, A.E. 2000. Conservation of coralreefs after the 1998 global bleaching event. Conservation Biology 14(1): 5–15.

Hoegh-Guldberg, O. 1999. Climate change, coral bleaching and the future of theworld’s coral reefs. Marine and Freshwater Research 50(8): 839–866.

Hutabarat, A.A., F. Yulianda, A. Fahruddin, S. Harteti, Kusharjani, 2009. PengelolaanPesisir dan Laut Secara Terpadu. PUSDIKLAT KEHUTANAN-SECEM. Seri III.Bogor.

Medley, P.A., Gaudian, G. and Wells, S. 1993. Coral reef fisheries stock assessment.Reviews in Fish Biology and Fisheries 3(3): 242–285.

Roberts, C. 1998. Source, sinks and the design of marine reserve networks. Fisheries23(7): 16–19.

Robertson, D.R. and Gaines, S.D. 1986. Interference competition structures habitat usein a local assemblage of coral reef surgeonfishes. Ecology 67(5): 1372–1383.

Supriharyono, 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Westmacott, S., Cesar, H. and Pet-Soede, L. 2000a. Socioeconomic Assessment of theImpacts of the 1998 Coral Reef Bleaching in the Indian Ocean. Resource Analysisand Institute for Environmental Science (IVM) Report to the World Bank, AfricanEnvironmental Division for the CORDIO programme.Westmacott et al., 2000a




DOI: https://doi.org/10.21107/jk.v5i2.870

Refbacks

  • There are currently no refbacks.







 INDEXED BY: