PENENTUAN KAWASAN LAHAN KRITIS HUTAN MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN MODUNG MEMANFAATKAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH

Yoga Ibnu Graha, Zainul Hidayah, Wahyu Andy Nugraha

Abstract


Fenomena konversi hutan mangrove dijadikan sebagai kawasan pertambakan dan pemukiman banyak dijumpai di kawasan pesisir Kecamatan Modung. Sayangnya, eksploitasi sumberdaya pesisir yang dilakukan selama ini, telah mengidentifikasikan fenomena kerusakan yang tidak hanya mengancam kemampuan ekosistem pesisir dalam menyediakan sumberdaya alam, tapi juga telah mereduksi kemampuannya dalam mencegah  bencana alam di wilayah pesisir. Untuk mengembalikan dan melestarikan funsi-fungsi ekosistem pesisir, maka perlu adaya upaya mengkuantifikasi nilai- nilai dari sumberdaya utama pesisir yang ada melalui Studi Penentuan Lahan Kritis Hutan Mangrove di Pesisir Kecamatan Modung Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode penelitian menggunakan metode skoring serta analisis data. Untuk menilai Kekritisan Lahan digunakan 3 metode yaitu dengan menggunakan SIG dan Inderaja, Pengukuran langsung dilapang (terestris) dan secara sosial ekonomi. Total Nilai Skoring (TNS) tingkat kekritisan lahan mangrove di pesisir Kecamatan Modung melalui SIG dan Inderaja menunjukkan bahwa diseluruh Desa penelitian masuk kedalam kategori rusak. Sedangkan Total Nilai Skoring secara terestris (survey lapang) menunjukkan bahwa Desa yang termasuk dalam kategori rusak yaitu : Desa Karang Anyar, Suwaan, Langpanggang dan Desa Pangpajung.  Untuk kategori rusak berat terdapat di Desa Modung serta yang termasuk kategori tidak rusak yaitu Desa Patengteng.Total Nilai Skoring dari hasil wawancara terhadap responden menyatakan bahwa Desa Karang Anyar, Modung, Suwaan, Patengteng dan Desa Pangpajung termasuk dalam kategori dimana faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap kerusakan hutan mangrove. Sedangkan Desa Langpanggang termasuk dalam kategori faktor sosial ekonomi kurang berpengaruh terhadap kerusakan hutan mangrove.

 

Kata kunci : Lahan kritis, mangrove, SIG dan Indraja

References


Anonymous. 2003. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Bogor-Cibinong. Jawa Barat

Anonymous. 2004. Badan Perencanaan Dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Jakarta

Anonymous. 2005. Sosialisasi dan survei lapangan Pemanfaatan data inderaja dan sistem informasi geografis Untuk pengembangan budidaya laut. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Bogor

Barus, Baba., dan U.S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografi; Sarana Manajemen Sumberdaya. Laboraturium Pengindraan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor (Online), (http://www.geo.web.id, di akses 7 Januari 2009)

Bengen, D.G. (2000a). Pelatihan untuk pelatih Pengelolaan wilayah Pesisir Terpadu. PKSPL-IPB. Bogor.

Bengen, D.G. (2000b). Teknik Pengambilan Contoh Dan Analisa Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. PKSPL-IPB. Bogor

Bengen, D.G. 2002. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove (Pedoman Teknis). PKSPL-IPB.Bogor

Dahuri, R. 2000. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta

Departemen Kehutanan. 2006. Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove Wilayah DAS. Balai pengelolaan daerah aliran sungai pemali-jratun. Jawa Tengah 32 hal. (Online), (http://www.bpdas-pemalijratun.net.pdf, diakses 7 Januari 2009)

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Direktorat Bina Pesisir. Jakarta. 205 hal.

Dewanti, R.2003. Pemanfaatan Indraja Untuk Memantau Perubahan Hutan Bakau (Kumpulan Jurnal Teknologi Pengindraan Jauh). Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Hadi, S. 1986. Metodology Research I. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi, UGM. Yogyakarta.

Istomo, 1992. Tinjauan Ekologi Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya di Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (Online), (http://www.e-USU-Reporsitory.net.pdf, diakses 11 Februari 2009)

Lillesand, T. M. dan R. W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Intepretasi Citra. Terjemahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.(Online), (http://www.wikipedia.com, diakses12 Desember 2008)

Mann, KH. 2000. Eclogical of Coastal Waters. With Implication for Management. Second Edition. Departemen of Fisheries a Dartmounth, Nova Scotia. Canada

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara.PT Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa Oleh M.Eidman, Koesoebiono, D.G.Bengen, M. Hutomo, S. Sukarjdo. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.

Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi III. Gadjah Mada Universitas Press.

Onrizal. 2002. Evaluasi Kerusakan Kawasan Mangrove Dan Alternatif Rehabilitasinya Di Jawa Barat Dan Banten. Faperta Program Ilmu Kelautan. Universitas Sumatra Utara. Medan. 29 hal.

Pramudji. 1986. Studi pendahuluan hutan mangrove di beberapa pulauKepulauan Aru, Maluku Tenggara. Prosiding Seminar III EkosistemMangrove. Panitia Nasional Program MAB-LIPI, Denpasar, 5-8 Agustus 1986.

Romimohtarto, K dan Juwana, S. 1999. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut. P3O-LIPI. Jakarta. 3 : 132-142.

Subagyo. J. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Reksa Cipta. Jakarta

Suryabrata. S. 1988. Metode Penelitian. Cv. Rajawali. Jakarta. 126 hal.

Syamsul B. Agus. 2007. Modul Praktikum Pengindraan Jauh. Sekolah Pasca Sarjana, Prodi Ilmu Kelautan Insitut Pertanian Bogor. 67 hal. (Online), (http://www.wikipedia.com, diakses12 Desember 2008)




DOI: https://doi.org/10.21107/jk.v2i2.855

Refbacks

  • There are currently no refbacks.







 INDEXED BY: