KAJIAN SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BADUT Amphiprion percula (Bloch,1801) YANG DIPELIHARA PADA MEDIA SALINITAS YANG BERBEDA
Abstract
ABSTRACT
Salinity is one of the important parameters during the process of seawater ornamental fish cultivation. Clown fish require high salinity in their cultivation and maintenance. And this is also a problem for ornamental fish hobbyists, especially those who live in urban areas. The purpose of this study was to determine the growth of clown fish larvae with different media salinity. The experimental design used was RAL. The parameters measured during the study were survival rate, growth in absolute weight and length, daily growth rate, and water quality. The research was conducted for 40 days. The results showed that there were significant differences in the survival rate of clown fish larvae.
Key word: survival rate, salinity, clown fish, growth, media
ABSTRAK
Salinitas merupakan salah satu parameter yang penting selama proses budidaya ikan hias air laut. Ikan badut sendiri memerlukan salinitas yang cukup tinggi dalam budidaya serta pemeliharaannya. Hal ini juga merupakan masalah tersendiri untuk penghobiis ikan hias khususnya yang tinggal di daerah perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan benih ikan badut dengan salinitas media yang berbeda. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL. Parameter yang diukur selama penelitian adalah survival rate, pertumbuhan berat dan panjang mutlak, laju pertumbuhan harian, dan kualitas air. Penelitian dilakukan selama 40 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata terhadap sintasan benih ikan badut.
Kata Kunci: survival rate, salinitas, ikan badut, pertumbuhan, media
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Ahmad, Y. (2005). Biology and Ecology of Macrobrachium rosenbergii. Macrobrachium rosenbergii Aquaculture Management. Malaysia Technical Cooperating Programme. National Prawn Fry Production and Research Centre. Malaysia (pp. 25).
A.K. Bernatzeder, P.D. Cowler, dan T. Hecht. (2010). Do Juveniles of the Estuarine Dependent Dusky Kob, Argyrosomus japonicus, Exhibit Optimum Growth Indices at Reduced Salinities. Estuarine, Coastal, and Shelf Science. Vol. 90, 111 – 115
Akbar, J. (2012). Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Betok (Anabas testudineus) Yang Dipelihara Pada Salinitas Berbeda. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Annisa, D. (2008). Studi arakteristik Genetik Populasi Induk Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) F1 dan F2 Asal Hawaii Berdasar Metode RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism). Skripsi.Malang: Universitas Brawijaya, (pp 41 - 48).
Anggoro, S. (1992). Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya
Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu, Penaeus monodon Fabricius. Disertasi, Fak. Pascasarjana IPB, Bogor. (pp. 127).
Ari, W., Antoro, S dan Valentine. (2009). Perbaikan Produksi Benih Amphiprion Ocellaris dengan Aplikasi Berbagai Fitoplankton. Makalah dipresentasikan di Seminar Indo Aqua, 2009 di Manado. Ditjenkan Budidaya, DKP Manado.
Ariyat, Deni. (2005). Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI Press.
Arjanggi, Muhammad. (2013). Laju Pertumbuhan Benih Clownfish Dengan Pakan Pelet Berbeda. Jurnal Ilmu Kelautan, 5(1), 6.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. (2009). Budidaya Clownfish (Amphiprion). Lampung: Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut.
Bestian C. (1996). Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) pada Kisaran Suhu Media 24±1oC dengan Salinitas yang Berbeda (0, 10, dan 20 o/oo). Skripsi. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Burgess. (1990). ATLAS of Marine Aquarium Fishes. T.F.H. Publication, (pp 1-3).
Chaitanawisuti, N., Nunim, S. dan Santhaweesuk W. (2011). the Combined Effects of Temperature and Salinity on Hatching Success and Survival of Early Life Stages in the Economically Candidate Marine Mollusks: Spotted Babylon (Babylonia areolata). Journal Of Research in Biology 5, 376 - 387.
Effendi, H. (2000). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK IPB. Bogor.
Effendi, M.I. (2009). Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Fujaya Y. (2004). Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Holliday, F.G.T. (1996). The Effects of Salinity on the Eggs and Larvae of Teleosts. In. Hoar, W.S. & Randall, D.J. (Eds), Fish Physiology. 1, 293 – 311.
Huet, H.B.N. (1970). Water Quality Criteria for Fish Life Biological Problems in Water Pollution. PHS. Publ. No. 999 – WP – 25
Karim, M. Y. (2005). Kinerja Pertumbuhan Kepiting Bakau Betina (Scylla serrata Forsskal) pada Berbagai Salinitas Media dan Evaluasinya pada Salinitas Optimum dengan Kadar Protein Pakan Berbeda. (Disertasi) Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2012). Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Vol. 18(1): 54-50.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2015). Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2015. Jakarta: Pusat Data, Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, 8(2): 247-253.
Kordi. K dan Ghufran H. M. (2009). Budidaya Perairan Buku Kedua. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Kordi, M. G. H. Dan A. B. Tancung. (2007). Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta. Rineka Cipta.
Lawson E. O., Anetekhai M. A. (2011). Salinity Tolerance and Preference of Hatchery Reared Nile Tilapia, Oreochromis niloticus (Linneaus, 1758). Asian Journal of Agricultural Sciences, 3(2): 104-110.
Lesmana, D. S., Dermawan dan Iwan. (2001). Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marshall, W. S., and Grosell, M. (2006). Ion Transport, Osmoregulation, and Acid-Base Balance. In the Physiology of Fishes. Evans, D .H and Claiborne, J.B. (eds). Taylor and Francis Group, (pp 601).
Michael, S. W. (2008). Damselfish and Anemone Fish. Microcosm and T. F. H Publication. New Jersey, United States, (pp 173).
Myers R., (1999). Miconesian Reff Fish: A Field Guide for Divers and Aquarist, Barrigada: Territory of Guam: Coral Graphics, 36: 175-184.
Lieske, E. and R. Myres. (2001). Reff Fishes of the World. Periplus Editions. Singapore. (pp 400).
Nasution, S. H. (2000). Ikan Hias Air Tawar Rainbow. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nontji, A. (2007). Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Poernomo, A. (1978). Masalah Budidaya Udang Penaeid Di Indonesia. Paper Pada Simposium Modernisasi Perikanan rakyat, Jakarta 27-30 Juni 1978, 12(1), 35 – 41.
Polunin, N. V. C. (1986). Decomposition Processes in Mangrove Ecosystem. Mangrove Ecosystem Dynamic. UNDP / UNESCO, 95 – 104.
Qordi, A. H. A., Sudjiharno dan Anindiastuti. (2004). Tehnik Pendederan Pembenihan Ikan Kerapu. Balai Budidaya Laut. Lampung, 14 – 24.
Salmin. (2000). Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang. P30 - LIPI, 42 – 46.
Satyani, D. (2005). Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Swingle, H. S. (1968). Standardization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds. FAO. Fish. Rep, 44(4): 397- 406
Setiawati, K. M Wardoyo. D Kusmawati, Majimun dan Yunus. (2006). Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan Nemo (Clownfish). Prosiding konferensi akuakultur Indonesia 2006. Universitas Diponegoro. Semarang, (pp. 235 – 238).
S.Varsamos, C. Nebel, and G. Charmantier. (2005). Ontogeny of Osmoregulation in Postembryonic Fish: A Review. Comparative Biochemistry and Physiology, Part A 141, 401 – 429.
DOI: https://doi.org/10.21107/jk.v12i2.5810
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Jurnal Kelautan by Program Studi Ilmu Kelautan is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Published by: Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura