FORTIFIKASI GARAM DENGAN BAWANG DAYAK UNTUK MENINGKATKAN NUTRISI GARAM KONSUMSI
Abstract
ABSTRACT
Physically salt is a white crystal with the largest chemical compound content is sodium chloride (NaCl)> 80%, and other compounds such as magnesium chloride (MgCl2), magnesium sulfate (MgSO4), and calcium chloride (CaCl2). Fortification is an effort made to add micronutrients such as vitamins and minerals to food to improve the quality of nutrients that are useful for public health. Water content analysis on Dayak Onion Fortification Salt Products was 0.73% for Fortified Salt using Aquadest material, and 0.34% Using Ethanol, while salt onion dayak fortification using Methanol mixture contained 0.42% water content. salt fortification with onion dayak which uses color methanol which is produced higher or the resulting color is better and preferred by many consumers, pure white pure salt which is favored by consumers, salt fortification with onion dayak which uses maceration of methanol extract which is much preferred by consumers.
Keywords: Dayak Onion, Consumption Salt, Antioxidants
Secara fisik garam dapur merupakan Kristal berwarna putih dengan kandungan senyawa kimia terbesar adalah natrium klorida (NaCl) > 80%, serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida (MgCl2), magnesium sulfat (MgSO4), dan kalsium klorida (CaCl2). Fortifikasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk menambahkan mikronutrien seperti vitamin dan mineral ke dalam makanan untuk meningkatkan kualitas nutrisi yang berguna bagi kesehatan masyarakat. analisis Kadar Air pada Produk Garam Fortifikasi Bawang Dayak adalah 0,73% untuk Garam Fortifikasi dengan menggunakan bahan Aquadest, dan 0,34% Dengan Menggunakan Bahan Etanol, sedangkan garam fortifikasi bawang dayak dengan menggunakan campuran Methanol mengandung kadar air seberat 0,42%. garam fortifikasi dengan bawang dayak yang menggunakan methanol warna yang dihasilkan semakin tinggi atau warna yang dihasilkan semakin bagus dan disukai banyak konsumen, garam murni dengan warna putih bersih yang banyak disuka oleh konsumen, garam fortifikasi dengan bawang dayak yang menggunakan maserasi ekstrak methanol yang banyak disuka oleh para konsumen
Kata Kunci : Bawang Dayak, Garam konsumsi, AntioksidanFull Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Bax, R., Bywater, R., Cornaglia, G., Goossens, H., Hunter, P., Isham, V., ... & Senn, S. (2001). Surveillance of antimicrobial resistance—what, how and whither? Clinical Microbiology and Infection, 7(6), 316-325.
Broek, P.J.V. (2005). Antimicrobial Resistance in Indonesia: Prevalence and Prevention. Prosiding Lokakarya Nasional Pertama. Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Bandung, 29-31 Mei 2005.
Dwiprahasto, I. (2005). Kebijakan Untuk Meminimalkan Resiko Terjadinya Resistensi Bakteri di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 8(4), 177-181.
Duerink D.O, Lestari E.S, Hadi U, Nagelkerke N.J, Severin J.A, Verbrugh H.A, Keuter M, Gyssens I.C, van den Broek P.J. Study Group Antimicrobial Resistance in Indonesia: Prevalence and Prevention (AMRIN). (2007). Determinants of carriage of resistant Escherichia coli in the Indonesian population inside and outside hospitals. J. Antimicrob Chemother, 60(2), 377-384.
Effendi, R. (2006). Penelusuran Aktivitas Antibakteri Ekstrak Senyawa Bioaktif Kerang Anadara ferruginca terhadap Bakteri Bacillus cereus, Escirichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus. Universitas Diponegoro, Semarang.
Flowers, A. E., Garson, M. J., Webb, R. I., Dumdei, E. J., & Charan, R. D. (1998). Cellular origin of chlorinated diketopiperazines in the dictyoceratid sponge Dysidea herbacea (Keller). Cell and tissue research, 292(3), 597-607.
Frincke, J. M., & Faulkner, D. J. (1982). Antimicrobial metabolites of the sponge Reniera sp. Journal of the American Chemical Society, 104(1), 265-269.
Hadi, U. (2005). Penggunaan Antibiotik di RSU Dr. Soetomo Surabaya dan RSU Dr. Kariadi Semarang. In Lokakarya Nasional Pertama, Strategy to Combat the Emergence and Spread of Antimicrobial Resistant Bacteria in Indonesia. Ditjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Bandung. pp. 28-32.
Hunt, B., & Vincent, A. C. (2006). Scale and sustainability of marine bioprospecting for pharmaceuticals. AMBIO: A Journal of the Human Environment, 35(2), 57-64.
Lestari, E. S., Severin, J. A., Filius, P. M. G., Kuntaman, K., Duerink, D. O., Hadi, U., ... & Verbrugh, H. A. (2008). Antimicrobial resistance among commensal isolates of Escherichia coli and Staphylococcus aureus in the Indonesian population inside and outside hospitals. European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases, 27(1), 45–51.
Mosher, R.H and L.C. Vining. (1992). Antibiotic resistance. In A.C. Joshua Lederberg, Encyclopedia of Microbiology Volume 1. Academic Press Sam Diego, California. pp. 97-106.
DOI: https://doi.org/10.21107/jk.v12i2.5323
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Jurnal Kelautan by Program Studi Ilmu Kelautan is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Published by: Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura