Pemantauan Kondisi Lamun Di Taman Wisata Perairan (TWP) Laut Banda, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku
Abstract
ABSTRACT
Seagrasses are higher plants (Antophyta) that live and grow immersed in the marine environment. Seagrass is a flowering plant (angiosperms) that has one seed (monocot) and has roots, rhizomes, leaves, flowers, and fruit. The structure and function of seagrass is the same as grass that grows on land. This study aims to identify the species, cover, important value index and distribution pattern of seagrass in the marine tourism park (TWP) Banda Sea. The method used is a quadrant transect. The results showed that there were 7 types of target seagrasses, namely: Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, and Syringodium isoetifolium. Based on the observations, the seagrass cover is in a damaged condition with the category of less healthy/less rich. The highest important value index is Cymodocea rotundata, so Cymodocea rotundata has the biggest role. And the results of observations of the distribution pattern of all seagrass species are clustered.
Keywords: seagrass, species, cover, importants value index, distribution patternABSTRAK
Lamun (Seagrass) adalah tumbuhan tingkat tinggi (Antophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga, dan buah. Struktur dan fungsi lamun sama dengan rumput yang tumbuh di daratan. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi jenis, tutupan, indeks nilai penting dan pola sebaran lamun di taman wisata perairan (TWP) laut Banda. Metode yang digunakan adalah transek kuadran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ditemukan 7 jenis lamun target, yaitu: Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, dan Syringodium isoetifolium. Berdasarkan hasil pengamatan tutupan lamun masuk dalam kondisi rusak dengan kategori kurang sehat/kurang kaya. Indeks nilai penting yang tertinggi adalah Cymodocea rotundata, maka Cymodocea rotundata memiliki peran yang paling besar. Dan hasil pengamatan pola sebaran seluruh spesies lamun adalah mengelompok.
Kata kunci : lamun, jenis, tutupan, indeks nilai penting, pola sebaran
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Bengkal, K. P., Manembu, I. S., A Sondak, C. F., Th Wagey, B., W Schaduw, J. N., L Lumingas, L. J., Studi Ilmu Kelautan, P., Perikanan dan Ilmu Kelautan, F., Sam Ratulangi, U., & Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, P. (2019). Identifikasi Keanekaragaman Lamun Dan Ekhinodermata Dalam Upaya Konservasi (Identification of Diversity of Seagrass and Echinoderms in Conservation Efforts). 1(Identification of diversity of seagrass and echinoderms in conservation efforts), 29–39.
Danovaro, R., Gambi, C., & Mirto, S. (2002). Meiofaunal production and energy transfer efficiency in a seagrass Posidonia oceanica bed in the western Mediterranean. Marine Ecology Progress Series, 234, 95–104. https://doi.org/10.3354/meps234095
Fajarwati, S. D., Setianingsih, A. I., & Muzani, M. (2015). Analisis Kondisi Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. In Jurnal SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi (Vol. 13, Issue 1, pp. 22–32). https://doi.org/10.21009/spatial.131.03
Fredriksen, S., de Backer, A., Boström, C., & Christie, H. (2010). Infauna from Zostera marina L. meadows in Norway. Differences in vegetated and unvegetated areas. Marine Biology Research, 6(2), 189–200. https://doi.org/10.1080/17451000903042461
Haris, A., & Gosari, J. A. (2012). Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Kepulauan Spermonde. Torani. Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan, 22(3), 256–162.
Herkül, K., & Kotta, J. (2009). Effects of eelgrass (Zostera marina) canopy removal and sediment addition on sediment characteristics and benthic communities in the Northern Baltic Sea. Marine Ecology, 30(SUPPL.1), 74–82. https://doi.org/10.1111/j.1439-0485.2009.00307.x
Hernawan, U. E., NDM, S., IH, S., Suyarso, MY, I., K, A., & Rahmat. (2017). COREMAP-CTI Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. COREMAP-CTI Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, 26.
Ikhsan, N., Zamani, N. P., & Soedharma, D. (2019). Struktur Komunitas Lamun Di Pulau Wanci, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan, 10(1), 27–38. https://doi.org/10.24319/jtpk.10.27-38
Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Salinan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Jakarta.
Jamil, K., Surachmat, A., Rosalina, D., & ... (2020). Komposisi Jenis Lamun di Perairan Tanjung Palette dan Tangkulara, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal …, 2(1), 18–22. https://journal.poltekkpbone.ac.id/index.php/jsalamata/article/view/18
Larkum, A. W., Orth, R. J., & Duarte, C. M. (2006). Seagrasses: biology, ecology and conservation.
Minerva, A., Purwanti, F., & Suryanto, A. (2014). Analisis Hubungan Keberadaan dan Kelimpahan Lamun Dengan Kualitas Air Di Pulau Karimunjawa, Jepara. Diponegoro Journal of Maquares, 3(3), 88–94.
Rani, C., Budimarwan, & Rohani. (2010). Kajian Keberhasilan Ekologi Dari Penciptaan Habitat Dengan Lamun Buatan: Penilaian Terhadap Komunitas Ikan. Ilmu Kelautan. Indonesian Journal Marine Science, 2(Edisi Khusus), 244–255.
Rombe, K. H., Rosalina, D., Jamil, K., Surachmat, A., & Imran, A. (2020). Pola Sebaran dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Perairan Tanjung Pallette dan Tangkulara, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Airaha, 9(2), 164–170.
Romimohtarto, K. & Juwana. S. (2001). Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Rosalina, D., Herawati, E. Y., Risjani, Y., & Musa, M. (2018). Keanekaragaman Spesies Lamun Di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. EnviroScienteae, 14(1), 21. https://doi.org/10.20527/es.v14i1.4889
Takaendengan, K., & Azkab, M. H. (2010). Struktur Komunitas Lamun Di Pulau Talise, Sulawesi Utara. Oseanologi Dan Limnologi Di Indonesia, 36(1), 85–95.
Tomascik, T., Mah, A. J., Nontji, A., & Moosa, M. K. (1997). The Ecology of Indonesian Seas (Part II). (Chapter 18: Seagrass). Dalhousie Univ. 829-906 pp
Ukkas, M., Jalil, A.R., Tuwo, A., & Mursalim. 2000. Pengaruh Kepadatan Lamun Artifisial terhadap Sedimentasi di Perairan Pulau Barrang Lompo. Torani, 10 (1), 24-29.
Wahyu A., Sari, S.P. & Rosalina, D. (2017). Struktur Komunitas Lamun di Perairan Daerah Tanjung Kerasak (Daerah Penambangan Ilegal di Bangka). Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XIV & Kongres X ISOI. Hal. 121-127.
Wicaksono, S. G., & Hartati, S. T. (2012). Struktur Vegetasi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Diponegoro Journal of Marine Research, 1(2), 1–7.
Yulianda, F. (2002). Pengenalan Lamun (Seagrass) Penuntun Praktikum Biologi Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
DOI: https://doi.org/10.21107/jk.v15i1.13240
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Jurnal Kelautan by Program Studi Ilmu Kelautan is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Published by: Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura