ASPEK EKOLOGI DAN PERTUMBUHAN KERANG BULU (Anadara antiquata) DI PERAIRAN LETMAN, KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Rosita Silaban, Dortje Thedora Silubun, Ahmad Ade Rifandi Jamlean

Abstract


ABSTRACT

Feather shells are an important commodity that has the potential to be developed. Feather shells are a fishery resource that has been exploited for thousands of years for consumption. The objectives of this study were 1) to examine individual density, 2) relative density, 3) distribution pattern, 4) relationship of length and weight and 5) condition factors of feather shells. Sampling was carried out using the belt transect method. The sample of feather shells was then measured for the length, width and height of the body and weighed. Based on the transect, the individual density of feather clams (Anadara antiquata) was found on transect 4, which was 0.338 ind / m2, while the lowest density was found on transect 2, which was 0.05 ind / m2. The highest relative density of feather shells was on transect 4 at 19% and the lowest was on transects 1 and 2 at 1%. The distribution of feather shells was obtained that the feather shells had a clustered distribution pattern with an Id value of 1.30 (Id> 1). The correlation between length and weight of feather shells was found to have a b value of 2.60 so that the growth pattern was classified as positive allometric (b> 2.50). The condition factor obtained an average value of 1.25 indicating that the environmental conditions were good enough for the organism (Kn> 1).

Keywords: feather shells, ecological aspects, growth, Letman

ABSTRAK

Kerang bulu merupakan salah satu komoditas penting yang sangat potensial dikembangkan. Kerang bulu menjadi salah satu sumber daya perikanan yang telah dieksploitasi sejak beribu-ribu tahun yang lalu untuk dikonsumsi. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) mengkaji kepadatan individu, 2) kepadatan relatif, 3) pola distribusi, 4) hubungan panjang dan berat serta 5) faktor kondisi kerang bulu. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode belt transek. Sampel kerang bulu kemudian dilakukan pengukuran panjang, lebar dan tinggi tubuh serta ditimbang beratnya. Kepadatan individu kerang bulu (Anadara antiquata) berdasarkan transek diperoleh kepadatan tertinggi terdapat pada transek 4  yaitu sebesar 0,338 ind/m2 sedangkan kepadatan terendah terdapat pada transek 2 yaitu sebesar 0,05 ind/m2. Kepadatan relatif tertinggi kerang bulu terdapat pada transek 4 sebesar 19% dan terendah pada transek 1 dan 2 sebesar 1%. Distribusi kerang bulu diperoleh kerang bulu memiliki pola penyebaran mengelompok dengan nilai Id sebesar 1,30 (Id>1). Hubungan panjang dan berat kerang bulu didapati nilai b sebesar 2.60 sehingga pola pertumbuhan tergolong allometrik positif (b>2.50). Faktor kondisi diperoleh nilai rata-rata sebesar 1.25 menunjukan kondisi lingkungan cukup baik bagi organisme (Kn>1).

Kata kuncikerang bulu, aspek ekologi, pertumbuhan, Letman


References


Afiati, N. (2007). Hermaphroditism in Anadara granosa (L.) and Anadara antiquata (L.)(Bivalvia: Arcidae) from central Java. Journal of Coastal Development, 10(3), 171-179.

Arnanda, A. D., Ambariyanto, A., & Ridlo, A. (2005). Fluktuasi kandungan proksimat kerang bulu (Anadara inflata Reeve) di perairan pantai Semarang. ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 10(2), 78-84.

Arwin, Bahtiar dan Oetama, D., (2016). Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Bungkutoko Kota Kendari. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 2(1), 89-100.

Azmi, F., Febri, S.P., Haser, T.F. (2018a). Laporan Penelitian: Dinamika Populasi Anadara antiquata di Ujung perling, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa. Kota Langsa.

Azmi, F., Febri, S.P., Haser, T.F. (2018b). Nisbah Kelamin Anadara antiquata Berdasarkan Data Sebaran Panjang Dari Populasi Di Ujung Perling, Kota Langsa. In: Perubahan Iklim: Menentukan Arah Pertanian dan Perikanan Indonesia.p 243–251.

Broom, M.J. (1985). The biology and culture of marine bivalve molluska of the genus Anadara. International Centre for Living Aquatic Resources Management. Manila. 37p.

Coles, R. G., Long, W. L., Watson, R. A., & Derbyshire, K. J. (1993). Distribution of seagrasses, and their fish and penaeid prawn communities, in Cairns Harbour, a tropical estuary, northern Queensland, Australia. Marine and Freshwater Research, 44(1), 193-210.

Den Hartog dan Kuo, J. (2001). Global Seagrass Research Methods. Elsevier Science B. V. Amsterdam.

Effendie, M.I. (1979). Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.

Effendie. (1997). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal.

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air. Kanisius. Yogyakarta.

Gimin, R., Mohan, R., Thinh, L. V., & Griffiths, A. D. (2004). The relationship of shell dimensions and shell volume to live weight and soft tissue weight in the mangrove clam, Polymesoda erosa (Solander, 1786) from northern Australia. NAGA, WorldFish Center Quarterly, 27(3-4), 32-35.

Islami, M.M. (2014). Bioekologi Kerang Kerek Gaffarium tumidum Rӧding, 1798 (Bivalvia: Veneridae) di Perairan Teluk Ambon, Maluku. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.

Krebs, C. J. (1999). Ecological Methodology. Second Edition. Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Koesoebiono. (1979). Dasar-dasar ekologi umum. Bagian IV (Ekologi Perairan). Sekolah Pasca Sarjana. PSL. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 124p.

Kuriakose, S. (2014). Estimation of length weight relationship in fishes. In: Training Manual on Fish Stock Assessment and Management. Fishery Resources Assesment Division, ICAR-Central Marine Fisheries Research Institute, p 215–220.

La Sara. (1995). Hubungan Distribusi Kelimpahan Kepiting Bakau (Scylla spp) dengan Kualitas Habitat di Perairan Segara Anakan, Cilacap. MS. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 47 Hal.

Mathlubi. (2006). Studi Karakteristik Kerupuk Kijing Taiwan (Anadonta woodian). Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. 67 hal

Miranto, A., Efrizal, T., Zen, W.L. (2013). Tingkat kepadatan kepiting bakau disekitar hutan mangrove di Kelurahan Tembeling, Kecamatan Teluk Bintan, Kepulauan Riau. Thesis. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Muchlisin, Z.A. dan Dewiyanti, I. (2012). Hubungan panjang berat dan faktor kondisi tiga jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. 1:1–9.

Mzighani, S. (2005). Fecundity and population structure of cockles, Anadara antiquata L. 1758 (Bivalvia: Arcidae) from a sandy/muddy beach near Dar es Salaam, Tanzania. Western indian ocean journal of marine science, 4(1), 77-84.

Nontji, A. (1987). Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 368p.

Nurdin, J., Marusin, N., Asmara, A., Deswandi, R., & Marzuki, J. (2006). Kepadatan Populasi dan Pertumbuhan Kerang Darah Anadara antiquata L. (Bivalvia: Arcidae) di Teluk Sungai Pisang, Kota Padang, Sumatera Barat. Jurusan Biologi. FMIPA. Universitas Andalas. Padang. Makara Sains, 10(2), 96-101.

Nybakken, J.W. (1988). Biologi laut suatu pendekatan ekologis, diterjemahkan oleh M. Eikman, Koesoebiyono dan D.G Bengen. PT. Gramedia. Jakarta. 480p.

Pathansali, D. (1966). Notes on the biology of the cockle, Anadara granosa L. Proceedings of the Indo-Pacific Fisheries Council, 11(2), 84-98.

Rudi, E. (1999). Beberapa Aspek Biologi, Morfologi dan Makanan Kerang Tahu (Matrix-matrix Linnaeus) di Teluk Miskan. Penimbangan Selat Sunda Jawa Barat. Tesis. IPB. Bogor.

Setiawan, A., Bahtiar dan Nurgayah, W. (2016). Pola Pertumbuhan dan Rasio Bobot Daging Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Bungkutoko Kota Kendari. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 1(2), 115-129.

Prasojo, S. A., Irwani, I., & Suryono, C. A. (2012). Distribusi dan Kelas Ukuran Panjang Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Journal of Marine research, 1(1), 137-145.

Setyobudiandi, I., Soekendarsih, E., & Setiawati, R. (2004). Bio-ecologi Kerang Lamis (Meretrix meretrix) di Perairan Marunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 11(1), 61-66.

Silaban, R. (2010). Struktur Komunitas Makro Alga di Perairan Pantai Dusun Seri. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura. Ambon. (tidak dipublikasikan).

Silalahi, J. (2009). Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. 77 hal.

Soegianto, A. (1994). Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional. Surabaya.

Voultsiadou, E., Koutsoubas, D., Achparaki, M. (2009). Bivalve mollusc exploitation in Mediterranean coastal communities: an historical approach. J Biol Res, 12, 1–11.

Wicaksono, C.W. (2002). Studi Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Keong Macan (Babylonia Spirata spirata, L.) yang dipelihara pada Substrat, Suhu, dan Salinitas yang Berbeda. Skripsi. Jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87 hal.

Widyastuti, A. (2011). Perkembangan gonad kerang darah (Anadara antiquata) di perairan Pulau Auki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 37(1), 1-17.

Woodin, S.A. (1976). Abdul Larval Interactions in Dense Infaunal. Asesemblages: Pattern of abudance. Jour. Mar. Res, 43(1), 25 – 4.

Yonvitner. (2001). Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis, Linn, 1758) di Perairan Muara Kamal dan Bojonegoro. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Petanian Bogor. Bogor.




DOI: https://doi.org/10.21107/jk.v14i2.10325

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.




 INDEXED BY: