PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI EMPAT VARIETAS BAWANG MERAH DI LUAR MUSIM (OFF-SEASON) DIKABUPATEN SERANG, BANTEN
Abstract
ABSTRAK
Bawang merah di lahan sawah umumnya ditanam pada musim kemarau, karena pada musim hujan biasanya lahan sawah dipergunakan untuk pertanaman padi. Penanaman bawang merah di musim penghujan (off season) sering mengalami kerugian karena hasil dan keuntungan yang diperolehpetani rendah. Untuk itu, perlu pemilihan varietas yang dapat tumbuh pada musim penghujan. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan keuntungan usahatani bawang merah di luar musim (offseason) menggunakanempat varietas, yaitu Katumi, Bima, Manjoung dan Bima Curut (lokal).Budidaya bawang merah dilaksanakan di lahan petani, di Kabupaten, Serang, Banten pada musim hujan (Februari-April 2013). Empat varietas diuji dalam suatu percobaan yang ditata sesuai dengan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan.Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman jumlah daun, jumlah umbi, produksi umbi dan keuntungan usahatani bawang merah. Untuk mengetahui keuntungan usahatani bawang merah di luar musim digunakan rasio B/C. Hasil pengkajian menunjukkan bahwatinggi tanaman dan jumlah daun bawang merah di luar musim pada umur 42 HST secara berturut-turut ialah varietas Katumi 36,82 cm dan 26,22 helai; varietas Bima 34,53 cm dan 20,04 helai; varietas Manjoung 32,61 cm dan 19,66helai, varietas Bima Curut (lokal) 29,51 cm dan 17,74 helai.Produksi bawang merah secara berturut-turut ialah varietas Katumi, 7,27 ton/ha, varietas Bima 6,15 t/ha varietas Manjoung5,85t/ha, dan Bima Curut (lokal) 5,40ton/ha. Keuntungan usahatani bawang merah di luar musim secara berturut-turut diperoleh varietas Katumi Rp. 64.480.000/ha dengan nilai B/C 1,24; varietas Bima sebesar Rp 47.480.000/ha dengan nilai B/C 0,93, varietas Manjoung Rp.42.680.000,-/ha dengan nilai B/C 0,78 dan varietas Bima Curut (lokal) Rp. 36,480.000/hadengan rasio B/C 0,73.Data tinggi tanaman, jumlah daun, produksi dan keuntungan usahatani bawang merah menunjukkan bahwa varietas Katumi dapat digunakan sebagai alternatif pada usahatani bawang merah di luar musim (off season), Kabupaten Serang, Banten
ABSTRACT
Shallot cultivation in paddy fields is generally planted the dry season, because the rainy season is usually used for wetland cultivation. Shallot cultivation in the rainy season often suffered looses as result of farmers and low profits. As the results, it needs the selection of varieties that can be grown in the rainy season. This study aims to determine the product and benefits of shallot farming in the off-season using four varieties. Shallot cultivation carried out infarmers’fields, in Serang District Banten Province in the rainy season (February-April 2013). Four varieties were tested in a trial that lay out according to a completely randomized design with 5 replications. The parameters measured were plant height and number of leaves, number of tubers as well as the production and benefits of shallot farming. To know the benefits of shallot farming in the off-season use ratio B/C. The study showed that the plant height and number of leaves of shallot in the off-season at the age 42 in a row HST varieties was 36.82 cm and 26.22 strands Katumi, varieties Bima 34.53 cm and 20.04 strands, varieties Manjoung was 32.61 cm and 19.66 strands, varieties Bima Curut 29.51 cm and 17.74 strands. Production of shallots in a row is Katumi varieties 7.27 t/ha, Bima varieties 6.15 t/ha, varieties Manjoung 5.85 t/ha and Bima Curut 5,40 ton/ha. Advantages of shallots farming in the the off-season in a varieties obtained Katumi Rp. 64.480.000/ha with the B/C ratio of 1.24; varieties Bima of 47.480.000 /ha with the ratio B/C of 0.93, varieties Manjoung Rp. 42.680.000/ha and the value of B/C 0.78 and varieties Bima Curut of Rp.36.480.000/ha with a ratio B/C of 0.73. Data of plant height, number of leaves, the production and benefits of shallot farming Katumi showed that varieties can be used as an alternative to shallot farming in the off-season, Serang, Banten
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Asaad, M dan Warda.2010. Kajian Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Bawang Merah Asal Biji di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 13 (1) :20-28.
Azmi, C., I.M.Hidayat dan G. Wiguna. 2011. Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah. Jurnal Hortikultura, 21(3): 206-213.
Basuki, R.S. 2009. Pengetahuan Petani dan Keefektifan Penggunaan Insektisida oleh Petani dalam Pengendalain Ulat Spodeptera exiqua Hubn.pada Tanaman Bawang Merah di Brebes dan Cirebon. Jurnal Hortikultura, 19 (4):459-474.
Basuki, R.S. 2010. Sistem Pengadaan Dan Distribusi Benih Bawang Merah pada Tingkat Petani di Kabupaten Brebes.Jurnal Hortikultura, .20(2):186-195.
Gunaeni, N. , A.W. Wulandari, A.S. Duruat dan A. Muharam. 2011. Insiden penyakit Virus Tular Umbi pada Tigabelas Varietas bawang Merah Asal Jawa barat dan Jawa Tengah. Jurnal Hortikultura. 21(2):164-172.
Haryanti, Y dan A. Nurawan.2009.Pengkajian Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Cirebon. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 12(3):201-209.
Hilman Y. 2008. Katolog Teknologi Unggulan Hortikultura Tanaman Sayuran, Tanaman Buah, Tanaman Hias. Puslitbang Hortikultura Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian.Jakarta.95 halaman.
Kusmana, R.S. Basuki dan H. Kurniawan. 2009. Uji Adaptasi lima varietas bawang merah asal dataran tinggi dan medium pada ekosistem dataran rendah Brebes. Jurnal Hortikultura, 19(3);281-286.
Moekasan, T.K dan R.S. Basuki. 2007. Status resistensi Spodoptera exiqua Hubn pada tanaman bawang merah asal Kabupaten Brebes, Cirebon dan Tegal terhadap insektisida yang umum digunakan di daerah tersebut. Jurnal Hortikultura, 17 (4):343-354.
Napitupulu, D dan L. Winarto. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah. Jurnal Hortikultura 20 (10):27-35.
Putrasamedja, S. 2000. Tanggap Beberapa kultivar bawang merah terhadap vermalisasi untuk dataran rendah. J.Hort. 10 (3):177-182.
Putrasamedja, S dan A.H. Permadi.2001.Varietas Bawang Merah Unggul Baru.Kramat 1, Kramat 2, Kuning dan Katumi. Jurnal Hortikultura 11 (2):143-147.
Sofiari, E., Kusmana dan R.S. Basuki. 2009. Evaluasi daya hasil kultivar lokal bawang merah di Brebes. Jurnal Hortikultura, 19(3);257-280.
Sumarni, N., E. Sumiati dan Suwandi.2005. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh terhadap Produksi Umbi Bibit Bawang Merah Asal Biji Kultivar Bima. Jurnal Hortikultura 15 (3):2008-214.
Sumarni, N, R. Rosliani dan A.S. Duriat.2010. Pengelolaan fisik, kimia dan biologi tanah untuk mendukung meningkatkan kesuburan lahan dan hasil cabai merah. Jurnal Hortikultura. 20(2): 130-137.
Sutomo, S., W. Hartatik dan J. Purnomo.2007. Penerapan Teknologi Pengelolaan Air dan Hara Terpadu untuk Bawang Merah di Donggala. Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.Bogor.41 halaman.
Thamrin, M. Ramlan, Armiati, Ruchjatiningsih dan Wahdania. 2003. Pengkajian Sistim Usahatani Bawang Merah di Sulawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 6(20):141-153.
Winarto, L., M. Y. Prama dan L.Haloho. 2009. Kajian Paket Teknologi Bawang Merah di Haranggaol Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 12(1):1-10.
DOI: https://doi.org/10.21107/agriekonomika.v3i1.440
Refbacks
- There are currently no refbacks.