PEMETAAN TERUMBU KARANG PULAU GILI KETAPANG PROBOLINGGO

Septiarini Krisnawati, Zainul Hidayah

Abstract


ABSTRAK

Pulau Gili Ketapang merupakan pulau karang yang memiliki kondisi daerah khas pesisir dan mayoritas penduduknya adalah Suku Madura terletak di sebelah utara wilayah Kabupaten Probolinggo. Pulau Gili Ketapang menjadi daerah destinasi para wisatawan untuk melakukan snorkeling karena keindahan bawah lautnya yang menawan. Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi perairan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan luasan terumbu karang dan faktor penyebab bertambahnya atau berkurangnya perubahan luasan terumbu karang di Pulau Gili Ketapang Probolinggo. Hasil penelitian menunjukkan luasan terumbu karang pada tahun 2002 hingga 2013 mengalami penurunan sebesar 9,53 Ha dengan laju perubahan luasan 46,67% sedangkan pada tahun 2013 hingga 2019 luasan terumbu karang mengalami penurunan sebesar 6,74 Ha dengan laju perubahan luasan 49,27%. Faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan luasan terumbu karang adalah kecepatan arus diperairan Gili Ketapang relatif rendah berkisar antara 0,02-0,09 m/s dan ketinggian gelombang berkisar antara 0,03-0,55 meter menyebabkan tingkat persebaran juvenil karang semakin rendah sehingga ekosistem terumbu karang semakin berkurang. Gili Ketapang memiliki pasang surut tipe campuran condong harian ganda yang menunjukkan dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Persentase penutupan terumbu karang tertinggi yaitu pada stasiun 2 sebesar 62,1% dan nilai persentase karang hidup terendah yaitu pada stasiun 3 sebesar 35,5%.

Kata Kunci: Terumbu Karang, Citra Landsat 7 dan Landsat 8, Pulau Gili Ketapang.


ABSTRACT

Gili Ketapang Island is a coral island that has the condition of a typical coastal area and the majority of the population is the Madura tribe located in the northern region of Probolinggo Regency. Gili Ketapang Island is a tourist destination for snorkeling because of its charming underwater beauty. Coral reef ecosystem is one ecosystem that has a very important role for the waters. The purpose of this study is to determine changes in the extent of coral reefs and factors that cause an increase or decrease in changes in the area of coral reefs on the island of Gili Ketapang Probolinggo. The results showed the area of coral reefs in 2002 to 2013 decreased by 9.53 Ha with a rate of change of 46.67% while in 2013 to 2019 the area of coral reefs decreased by 6.74 Ha with a rate of change of 49.27% . The factors causing the decline in the area of coral reefs are the relatively low current velocity in Gili Ketapang ranging from 0.02-0.09 m / s and wave heights ranging from 0.03-0.55 meters causing the level of distribution of juvenile coral to be lower so that the ecosystem coral reefs are diminishing. Gili Ketapang has a double tilt daily mixed type tide which shows that in one day there are two tides and two tides, but the height and period are different. The highest percentage of coral cover at station 2 was 62.1% and the lowest percentage of live coral at station 3 was 35.5%.

Keyword: Coral Reef, Landsat 7 and Landsat 8, Gili Ketapang Island.


References


Damayanti, R. (2012). Pemetaan Terumbu Karang di Perairan Pulau Tabuhan Kabupaten Banyuwangi Menggunakan Citra Satelit Quickbird.

Daniel, D., & Langgeng, W. S. (2014). Karakteristik Oseanografis dan Pengaruhnya Terhadap Distribusi dan Tutupan Terumbu Karang di Wilayah Gugusan Pulau Pari, Kabupaten Kep. Seribu, DKI Jakarta. Jurnal Bumi Indonesia, 3(2).

Fadilah, Suripin, & Sasongko, D. P. (2014). Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka Air Rencana Perairan Laut Kabupaten Bengkulu Tengah Menggunakan Metode Admiralty. Maspari Journal, 6(1), 1–12.

Hidayati, N., & Hery, S. P. (2015). Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo. Seminar Nasional Perikanan Dan Kelautan V, 570–574.

Hoek, F., Razak, A. D., Suruwaky, A. M., Ali Ulat, M., & Arfah, A. (2016). Struktur Komunitas Lamun Di Perairan Distrik Salawati Utara Kabupaten Raja Ampat. Airaha, 5(1), 87–95.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51. (2004). Baku Mutu Air Laut Untuk Biota.

Pramono, G. H. (2008). Akurasi Metode IDW dan Kriging untuk Interpolasi Sebaran Sedimen Tersuspensi di Maros, Sulawesi Selatan. Forum Geografi, 22(1), 145–158.

Prasetia, I. N. D. (2013). Kajian Jenis Dan Kelimpahan Rekrutmen Karang Di Pesisir Desa Kalibukbuk, Singaraja, Bali. Bumi Lestari, 13(1), 69–78.

Siregar, V. (2010). Pemetaan Substrat Dasar Perairan Dangkal Karang Congkak dan Lebar Kepulauan Seribu Menggunakan Citra Satelit Quick Bird. E-Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 2(1), 19–30.

Supriatna, W., & Sukartono. (2002). Teknik Perbaikan Data Digital (Koreksi Dan Penajaman) Citra Satelit. Buletin Teknik Pertanian, 7(1), 4–6.

Syarif, B., & Bidawi, H. (2005). Pemetaan Sebaran Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Wilayah Pesisir Laut Arafura. Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa, 14–15.

Tupan, J., & Bernita, B. S. (2017). Karakteristik Fisik-Kimia Bulu Babi Diadema setosum Dari Beberapa Perairan Pulau Ambon. Jurnal Triton, 13(2), 71–78.

Wibawa, I. G. N. A., & Oktiyas, M. L. (2017). Kualitas Air Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Selat Sempu, Sendang Biru, Malang. Jurnal Segara, 13(1), 25–35.




DOI: https://doi.org/10.21107/juvenil.v1i4.8933

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


 
 INDEXED BY:

           

       
ISSN: 2723-7583