Analisis Tutupan Padang Lamun Di Teluk Berhau Pulau Enggano

Desy Yohana Silalahi, Deddy Bakhtiar, Ana Ariasari

Abstract


ABSTRAK

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan penting bagi keberlangsungan biota laut. Teluk Berhau yang berada di sebelah barat Pulau Enggano memiliki potensi padang lamun yang belum diketahui  informasi biofisiknya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tutupan padang lamun di pesisir Teluk Berhau Pulau Enggano. Metode penelitian ini menggunakan metode kuadrat transek berukuran 50 cm x 50 cm yang diambil setiap 10 m pada setiap transek Dengan demikian, dalam satu lokasi pengamatan (stasiun) terdapat 3 transek, sehingga total panjang transek per stasiun adalah 300 meter dengan jarak antar transek yaitu 100 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis lamun, yaitu Cymodoceae rotundata, Enhalus acoroides, dan Thalassia hemprichii. Tutupan padang lamun di pesisir Teluk Berhau Pulau Enggano memiliki rerata tutupan yang sangat jarang sebesar 18,1% pada transek 1, 17,3% pada transek 2, dan 12,6% pada transek 3. Enhalus acoroides, dan Thalassia hemprichii memiliki tutupan sekitar 33,8%-48,1% dan 31,7%-32,5%. Namun, Cymodoceae rotundata hanya ditemukan pada transek 3, yaitu sebesar 21,8%.

Kata Kunci: Enhalus acoroides, Padang Lamun, Pulau Enggano, Teluk Berhau

ABSTRACT

Seagrass beds plays an important role in the sustainability of marine biota on marine ecosystem. Berhau Bay, which is to the west of Enggano Island, has the potential for seagrass beds which biophysical information is not yet known. This research aims to analyze the characteristics of seagrass beds on the coast of Berhau Bay, Enggano Island. This research method uses a square transect method measuring 50 cm x 50 cm taken every 10 m on each transect. The research results show that there are three types of seagrass, namely Cymodoceae rotundata, Enhalus acoroides, and Thalassia hemprichii. Seagrass cover on the coast of Berhau Bay, Enggano Island has a very sparse average cover of 18.1% on transect 1, 17.3% on transect 2, and 12.6% on transect 3. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have a cover of around 33.8%-48.1% and 31.7%-32.5%. However, Cymodoceae rotundata was only found in transect 3, namely 21.8%.

Keywords: Enhalus acoroides, Seagrass Fields, Enggano Island, Berhau Bay


References


Alhaddad, M. S., Susanto, A. N., & Salim, F. D. (2014). Status of conditions and identification of damage to seagrass beds in the waters of South Kayoa District, South Halmahera Regency. Jurnal Biologi Tropis, 22(3), 940–946. https://doi.org/10.29303/jbt.v22i3.4087

Duarte, C. M. (2000). Marine biodiversity and ecosystem services: An elusive link. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 250(1-2), 117–131. https://doi.org/10.1016/S0022-0981(00)00194-5

Eki, R., Wahyudi, B., & Astrawan, B. (2023). Pengaruh parameter perairan terhadap kerapatan lamun. Eduvest – Journal of Universal Studies, 3(1), 112–123.

Faiqoh, E., Wiyanto, B., & Astrawan, B. (2017). Peranan padang lamun Selatan Bali sebagai pendukung kelimpahan ikan di perairan Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 3(1), 10–18. https://doi.org/10.24843/jmas.2017.v3.i01.p02

Fortes, M. D. (2013). A review: Biodiversity, distribution and conservation of Philippine seagrasses. Philippine Journal of Science, 142(1), 95–111.

Gosary, B. A. J., & Haris, A. (2013). Studi kerapatan dan penutupan jenis lamun di Kepulauan Spermonde.

Graha, Y. I. (2015). Simpanan karbon padang lamun di kawasan Pantai Sanur, Kota Denpasar (Tesis, Universitas Udayana, Bali). Program Pascasarjana, Universitas Udayana.

Hasanuddin, & Rabuanah. (2013). Hubungan antara kerapatan dan morfometrik lamun Enhalus acoroides dengan substrat dan nutrien di Pulau Sarappo Lompo Kabupaten Pangkep (Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar). Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Hernawan, U. E., Sjafrie, N. D. M., Supriyadi, I. H., Suyarso, Iswari, M. Y., Anggarini, K., & Rahmat. (2017). Status padang lamun Indonesia 2017. COREMAP–CTI, Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI.

Kuo, J., Ronald, C. P., Diana, I. W., & Hugh, K. (1996). Seagrass Biology: Proceedings of an International Workshop, Rottnest Island, Western Australia, 25–29 January 1996. Faculty of Science, University of Western Australia.

Leenhardt, P., Teneva, L., Kininmonth, S., Darling, E., Cooley, S., & Claudet, J. (2015). Challenges, insights and perspectives associated with using social-ecological science for marine conservation. Ocean and Coastal Management, 115, 49–60. https://doi.org/10.1016/j.ocecoaman.2015.06.003

Marliana, I., Ahyadi, H., Candri, D. A., Rohyani, I. S., Tarigan, S. A. R., Trilestari, P. S., & Astuti, S. P. (2021). Estimasi simpanan karbon dan status kesehatan padang lamun di Pulau Kelapa Kabupaten Bima. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1), 72–85. https://doi.org/10.37275/bio.v9i1.131

Minerva, A., Purwanti, F., & Suryanto, A. (2014). Analisis hubungan keberadaan dan kelimpahan lamun dengan kualitas air di Pulau Karimunjawa, Jepara. Diponegoro Journal of Maquares, 3(3), 88–94. https://doi.org/10.14710/marj.v3i3.6657

Rahmawati, S., Irawan, A., Supriyadi, I. H., & Azkab, M. H. (2014). Panduan monitoring padang lamun. LIPI, Bogor: Sarana Komunika Utama.

Supriyadi, I. H., Tarigan, S., Rositasari, R., Nurhayati, M., Muchtar, M., Kiswara, W., Iswari, M. Y., & Purwandana, E. (2015). Kajian dampak dan adaptasi gejala perubahan iklim global: Studi kasus Pulau Bintan Timur–Kepulauan Riau. Laporan Akhir. COREMAP–CTI III, Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI.




DOI: https://doi.org/10.21107/juvenil.v6i3.28153

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


 
 INDEXED BY:

           

       
ISSN: 2723-7583