Perkembangan Fase Embrionik Hingga Tahap Awwal Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di BBIL Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

Karunia Divanda Laksana, Larasati Putri Hapsari, Hary Krettiawan

Abstract


ABSTRAK

Fase embrionik merupakan salah satu fase yang cukup krusial didalam siklus perkembangan ikan kerapu bebek. Kerapu bebek termasuk dalam kategori spesies laut yang cukup memiliki nilai jual tinggi. Hal tersebut menjadikan pengamatan dalam setiap perkembangan ikan kerapu bebek sangat penting, agar perkembangan tersebut tercatat dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan embrio hingga tahap awal larva dan mengidentifikasi faktor keberhasilan setiap fasenya. Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus – September 2023 di Laboratorium Balai Benih Ikan Laut (BBIL) Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pengamatan ini menggunakan telur ikan kerapu bebek, dan larva ikan kerapu bebek. Metode yang digunakan pada penilitian ini adalah metode survei. Hasil penelitiahan ini menunjukkan bahwa, fase perkembangan embrio hingga tahap awal larva meliputi, fase pembelahan (cleavage) (145 menit), morula (25 menit) , blastula (20 menit) , gastrula (180 menit), neurula (240 menit), dan hingga menetas setelah 17 jam pasca ovulasi. Sedangkan pada tahap awal larva ikan kerapu bebek, fase yang dilalui adalah, fase yolk sac, fase prefleksion, fase fleksion, fase pasca fleksion yang memerlukan waktu 35 hari. Tingkat keberhasilan fase embrionik hingga tahap awal larva ikan kerapu bebek dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, seperti fekunditas, fertilization karena akan mempengaruhi jumlah telur yang berhasil menetas dari awal proses ovulasi. Sedangkan tingakat kelangsungan hidup akan mempengaruhi jumlah larva yang berhasil bertahan hidup hingga fase awal larva (fase pasca fleksion). Hasil perhitungan fekunditas sejumlah 184,615 butir/kg, tingkat pembuahan (FR) 75%, pada ikan kerapu bebek cukup baik, sedangkan tingkat penetasan (HR) 33%, dan tingkat kelangsungan hidup (SR) 37%, tidak terlalu baik dikarenakan oleh beberapa factor yakni, dari segi pemberian pakan, monitoring kualitas air, serta penangulangan hama dan penyakit

Kata Kunci: Kerapu Bebek, Fase Embrionik, Larva, Kelangsungan Hidup

ABSTRACT

The embryonic phase is one of the crucial phases in the development cycle of humpback grouper. Humpback grouper belongs to the category of marine species that have quite a high selling value. This makes observation in every development of Humpback grouper very important, so that the development is well recorded. Therefore, this study aims to observe embryonic development up to the early stages of larvae and identify success factors for each phase. This research starts in August – September 2023 at the Laboratory of the Marine Fish Seed Center (BBIL) Tidung Island, Thousand Islands, DKI Jakarta. This observation used humpback grouper eggs, and humpback grouper larvae. The method used in this study is the survey method. The results of this study showed that, the phase of embryonic development to the early larval stage includes, cleavage phase (145 minutes), morula (25 minutes), blastula (20 minutes), gastrula (180 minutes), neurula (240 minutes), and until hatching after 17 hours post-ovulation. While in the early stages of humpback grouper larvae, the phases passed are, yolk sac phase, preflection phase, flexion phase, post-flexion phase which takes 35 days. The success rate of the embryonic phase to the early stages of humpback grouper larvae is influenced by several factors, among others, such as fecundity, fertilization because it will affect the number of eggs that successfully hatch from the beginning of the ovulation process. While the survival rate will affect the number of larvae that successfully survive until the initial larval phase (post-flexion phase). The fecundity calculation results amounted to 184,615 eggs / kg, the fertilization rate (FR) was 75%, in humpback grouper was quite good, while the hatching rate (HR) was 33%, and the survival rate (SR) was 37%, not very good due to several factors, namely, in terms of feeding, monitoring water quality, and controlling pests and diseases.

Keywords: Humpback grouper, Embryonic phase, Larvae, Survival Rate


References


[BSN] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. SNI 1 6487 1 2011 Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis, Valenciennes Revisi dari SNI 1 6487 1 2000. Bagian 1: Induk. Gd Manggala Wanabakti: Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional

Andriyanto, W. dan Muzaki, A. (2013). Diferensiasi Organ Pencernaan Larva Kerapu Bebek Turunan Ke-3 (F-3) Dan Beberapa Aktivitas Enzim Yang Terkait. Jurnal Riset Akuakultur, 8(1), 51–63. https://doi.org/10.15578/jra.8.1.2013.51-63.

Ardhardiansyah, Subhan, U. dan Yustiati, A. (2017). Embriogenesis dan Karakteristik Larva Persilangan Ikan Patin Siam (Pangasius Hypophthalmus) Jantan dengan Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus) Betina. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 7(2), 17–27.

Ath-thar, M.H.F. (2014). Analisis Fenotipe dan Performa Perkembangan Awal Ikan Sepat Siam Trichopodus Pectoralis Regan 1910 Potensial Budidaya Asal Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Bulanin, U. et. al., (2018). Perkembangan Embrio dan Penyerapan Kuning Telur Larva Ikan Kerapu Bebek. Mangrove dan Pesisir, 3(3), 16–23.

Cindelaras, S., Prasetio, A. dan Kusrini, E. (2015). Perkembangan Embrio dan Awal Larva Ikan Cupang Alam (Betta Imbellis Ladiges 1975). Widyariset, 1(1), 1–10. https://doi.org/https://doi.org/10.14203/WIDYARISET.1.1.2015.%25P.

Herjayanto, Muh., Carman, O. dan Soelistyowati, D.T. (2017). Embriogenesis, Perkembangan Larva dan Viabilitas Reproduksi Ikan Pelangi Iriatherina Werneri Meinken, 1974 pada Kondisi Laboratorium. Akuatika Indonesia, 2(1),1. https://doi.org/10.24198/jaki.v2i1.23389.

Hidayatullah, D. (2017). Pembenihan Kerapu Bebek (Cromileptes Altivelis) Di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (Bbpbl) Lampung. February.

Hijriyati, K.H. (2012). Kualitas Telur dan Perkembangan Awal Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes Altivelis, Valenciennes (1928)) di Desa Air Saga,

Tanjung Pandan Belitung. Tesis. Universitas Indonesia.

Huwoyon, H.G., Kusmini, I.I. dan Kristanto, A.H. (2010). Keragaman Pertumbuhan Ikan Tengadak Alam (Hitam) dan Tengadak Budidaya (Merah) (Barbonymus Schwanenfeldii) Dalam Pemeliharaan Bersama Pada Kolam Beton. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 10(1), 47–54.

Iskandar, A. et. al., (2022). Manajemen Pembenihan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes Altivelis) Untuk Menghasilkan Benih Yang Optimal. Barakuda 45: Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan, 4(1), 31–51. https://doi.org/10.47685/barakuda45.v4i1.207.

Ismi, S. et. al., (2012). Pengaruh Kepadatan Nannochloropsis sp. Pada Pemeliharaan Larva Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) Secara Terkontrol. Jurnal Riset Akuakultur, 7(3), 407–419. https://doi.org/10.15578/jra.7.3.2012.407-419.

Kusmini, I.I., Radona, D. dan Putri, F.P. (2018). Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Benih Ikan Tengadak (Barbonymus Schanenfeldii) Pada Wadah Pemeliharaan Yang Berbeda. LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia, 25(1), 1–9. www.limnotek.or.id (Accessed: 17 May 2024).

Lismawati, N., Hendri, A. dan Mahendra, M. (2016). Fertilisasi dan Daya Tetas Telur Ikan Tawes (Puntius Javanicus) Dari Sperma Pasca Penyimpanan Pada Temperatur 4 Derajat Celcius. Jurnal Perikanan Tropis, 3(1), 14–26. https://doi.org/10.35308/jpt.v3i1.38.

Nurjanah, S. (2014). Optimasi Salinitas Untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus Schwanenfeldii. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Poto, L. (2019). Buku Informasi Menetaskan Telur PBD.AT02.020.01. Cianjur: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rahmi, R., Ramses, R. dan Nugroho, R.P.P. (2013). Aplikasi Kebutuhan Respirasi Oksigen Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis) Berdasarkan Padat Tebar, Yang Dipelihara Dengan Aerasi. SIMBIOSA, 2(2). https://doi.org/10.33373/sim-bio.v2i2.711.

Redha, A.R., Raharjo, E.I. dan Hasan, H. (2020). Pengaruh Suhu Yang Berbeda Terhadap Perkembangan Embrio dan Daya Tetas Telur Ikan Kelabau. Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan, 4(2), 1–7. https://doi.org/10.29406/rya.v4i2.481.

Pengamatandiameter sel telur calon induk ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) turunan ke dua (F-2) dalam menunjang Teknologi Pembenihan Ikan Kerapu. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. Singaraja, Bali.




DOI: https://doi.org/10.21107/juvenil.v6i1.25866

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


 
 INDEXED BY:

           

       
ISSN: 2723-7583